Pages

Showing posts with label curhat. Show all posts
Showing posts with label curhat. Show all posts

Wednesday, 10 June 2020

Mengapa Berhenti dan Kembali Menulis?

Dalam situasi pandemi (saya akan menulis secara khusus tentang ini nanti, PR 1), saya merasa lebih stress dari biasanya. Bukannya saya mau self diagnose bahwa saya sedang depresi, tapi nyatanya saya mengalami masa yang berat akhir-akhir ini.


  • Emosi tidak stabil, seringnya tak terkontrol, sehingga mudah marah oleh hal-hal kecil.
  • Mudah sedih, khawatir, menangis tiba-tiba.
  • Tidak punya semangat untuk beraktivitas, biasanya bahkan menonton drama atau baking berhasil mengalihkan kebosanan, kali ini saya benar-benar tak ingin melakukan apapun.


Kasian suami dan anak-anak yang menjadi "korban" ketidakstabilan emosi saya.

Dari beberapa bahan bacaan, saya pahami ada banyak penyebabnya. Tapi kali ini saya mau fokus pada solusi untuk memperbaiki diri. Sebelum harus membutuhkan pertolongan profesional, saya melakukan ikhtiar sendiri terlebih dulu, salah satunya menulis.

---

Saya buka kembali akun blogger ini, banyak onggokan draft yang belum selesai ditulis, atau sudah selesai tapi isinya tak lebih dari shitpost keluh kesah ini dan itu, yang menurut saya tak layak publish. Saya hampir memulainya lagi di akhir tahun 2019 yang lalu, tapi belum bisa sekonsisten tulisan saya di tahun 2014-2016.

Saya berhenti menulis total setelah tulisan terakhir tentang milestone perkembangan kakak Naifa di usia 5 bulan. Dan kemudian seketika memori berputar ke masa-masa itu, mengapa saya berhenti menulis saat itu ya?

---

Saya hamil anak kedua di saat kakak masih berusia sekitar 8 bulan.
Kehamilan yang tidak diduga (mungkin akan jadi tulisan tersendiri kelak. PR 2) yang mengubah saya begitu banyak. Sesungguhnya bisa jadi itu hanya sekadar alasan untuk menutupi kemalasan saya di titik nyaman sekarang.

Jadi pada akhirnya saya berupaya kembali menulis.
Saya ingat perjalanan hidup yang bahkan sedari kecil sudah biasa saya tuliskan, dulu dalam diary cantik bergembok, notes Facebook -yang sudah saya deactivated- hingga blog ini. Tulisan-tulisan inilah yang jadi saksi naik turunnya hidup saya, indah sedihnya momen yang saya lewati, sekaligus cara saya mengasah otak agar tidak berhenti berpikir. Mari kita mulai pelan-pelan lagi ya, Nana.

Monday, 21 October 2019

Yakin Sudah Berserah?

pk00:38 WIB

Masih belum bisa tidur, sudah biasa begadang, jadi orang terakhir yang terlelap.

Apa ya, malam ini cuma mau mengeluarkan isi otak dan hati yang sedang ribut berisik sekali. Saya mau kembali menulis biar lega, kata orang menulis adalah salah satu stress relieve. Ada benarnya juga sih, dulu salah satu obat galau ya menulis hehehe. Plus-nya lagi menulis adalah dokumentasi yang bisa dibaca lagi, diingat lagi detil ceritanya, seru.

Ok, kembali membahas keresahan hati.

Kemarin di twitter ada salah satu akun financial planner yang membahas soal gaji, share anonim pengalaman gaji orang dibumbuin kalimat-kalimat bombastis. Sebenarnya sharing nominal pemasukan ini sudah jadi tren akun-akun berbasis financial di berbagai sosial media belakangan ini. Niatnya sih memotivasi tapi efek terasanya lebih ke perasaan anxiety dan inferior karena ya akhirnya mau tidak mau jadi membandingkan penghasilan yang lebih besar daripada kita. 

Itu satu.

Lalu kemudian, flashback kondisi kami beberapa bulan terakhir yang sedang diuji dengan ditutupnya pabrik tempat suami bekerja, percayalah tak ada yang tak mungkin dalam bisnis, meski bernaung di nama perusahaan besar sekalipun. Satu bulan, itu lamanya kami menunggu jodoh perusahaan baru datang. Alhamdulillah. Sebentar tapi rasanya hari yang kami lewati terasa lama, mengapa begitu? Karena saya tidak berserah. Mulut bisa berkata, "Aku yakin Allah sudah menjamin rezeki umatNya", tapi logika manusia (eh saya ding maksudnya) masih mempertanyakannya, mengkhawatirkannya. Yakin sudah berserah?

Masa itu sudah terlewati, suami sekarang sudah dapat pekerjaan baru, yang semuanya jawaban dari doanya secara spesifik, posisi lebih tinggi, gaji naik, dan lokasi lebih dekat. Semua diberikan sesuai yang diminta, oleh Allah Al Mujiib, yang Maha Mengabulkan. Alhamdulillah. Lalu malam ini saya mengkhawatirkan apalagi? Dasar manusia lemah iman. Iya kamu, Nana!

Jadi ceritanya saya habis baca beberapa artikel tentang resesi di US yang konon diramalkan terjadi tahun 2020. Wow. Lalu mulai merambat ke mana-mana, akibat resesi ini itu, apalagi perusahaan suami bekerja sekarang adalah perusahaan US, akhirnya jadi khawatir, bagaimana kalau begini kalau begitu.

Mana katanya berserah pada rencana Allah? Kurang bukti apalagi nikmat dan rejeki yang sudah sedemikian melimpahnya dari Allah, Ar Razzaaq? Yakin sudah berserah?

Saya, selemah-lemahnya manusia, yang masih mengandalkan kekuatan sendiri, menghitung dengan kalkulator duniawi, sombong dengan logika yang ia punyai.

Tulisan ini jadi pengingat buat saya.
Yakin sudah berserah?

Monday, 30 September 2019

Kembali Menyapa Dunia

Haaaiii gaaaeeesss !
Akhirnyaaaaaa...
Perdana, saya update blog setelah dua tahun lebih meninggalkan aktivitas menulis lho. Rindu sekali rasanya membiarkan otak kembali bekerja merangkai kata, menata memori untuk didokumentasikan lewat kalimat demi kalimat.
Menulis, bukan untuk orang lain, saya yang membutuhkannya, agar tetap waras menjalani hidup. Ini salah satu aktivitas yang menyeimbangkan zen, buat saya ya, tiap orang bisa berbeda. Saya -yang sedang terjebak rutinitas- menemukan tempat rekreasi-nya di sini, jurnal pribadi, dan media berbagi informasi.
Dua tahun terakhir banyak sekali perubahan, masih seperti biasa dengan ups and downs-nya. Semoga kali ini saya bisa lebih konsisten menulis lagi. Ditagih terus aja ya agar selalu ingat untuk kembali ke sini.
See ya!

Wednesday, 28 December 2016

Refleksi Usia Baru Sebagai Ibu

Desember, selalu jadi bulan teristimewa untuk saya.
Menutup tahun sekaligus memulai usia baru.
Tahun lalu di tanggal yang sama, Allah memberi kado spesial, dua garis merah di testpack saat itu menjadi hal yang paling membahagiakan untuk saya. 

[Baca Juga] "2015, Wonderful"
Tapi ternyata saya salah! Ada hal yang lebih membahagiakan setelah itu. Menjadi ibu.

Wednesday, 21 December 2016

Menjadi Ibu di Hari Ibu

Hari Ibu, 22 Desember.
Setiap tahun diperingati dengan "status-status" ucapan yang ramai di media sosial. Saya paling-paling mengetik pesan untuk mama via sms atau WA "selamat hari ibu, ma. terimakasih utk semuanya" . Saya jarang mengucapkan langsung lewat telepon, awkward. Saya dan mama adalah tipikal keluarga yang canggung mengungkapkan perasaan sayang satu sama lain. :(

Tahun ini, pertama kalinya saya merayakan hari ibu dengan status sebagai seorang ibu. Izinkanlah saya merefleksikan diri ibu dari 'kacamata' saya.

Thursday, 24 November 2016

Pillow Talk: Hakekat Kehidupan

Sudah lama rasanya tidak lagi menulis sesuatu selain curhatan ala emak-emak akhir-akhir ini. #OOT Blog ini jadi saksi perjalanan menulis saya dari yang alay curhat remaja, sharing ide, uneg-uneg sosial politik, pengalaman spiritual, sampai ke topik pernikahan dan keluarga sekarang. Campur aduk kayak gado-gado, saya kalau ditanya niche blog ini apa, belum menemukan spesifiknya, judulnya saja Nana's World in Words, artinya semua-semua yang ada dalam dunia versi saya tertuang di blog ini.

Hari ini saya gatel mau mendokumentasikan obrolan saya dan suami beberapa hari lalu menjelang tidur malam. Pillow talk. Terakhir saya menulis topik serupa hampir setahun lalu, baca di sini.

Tuesday, 13 September 2016

Our Daddy is Superhero

Siapa yang tak merasa beruntung memiliki partner suami yang selalu siaga dan sabar sepertinya. Dan saya yakin, Naifa tak butuh waktu lama untuk menyadari kehebatan daddy-nya.

Super daddy!

Thursday, 23 June 2016

Sakit Dahulu Senang Kemudian

Semoga kelak walau rambut sudah memutih, tapi kita masih mengingat hari-hari belakangan ini. Jika lupa, semoga catatan curhat seorang istri ini menjadi pengingatnya. Dan saat itu mungkin kita membacanya sembari senyum menikmati hari tua di pantai.
Plus, semoga catatan ini bisa jadi dongeng pengantar tidur untuk anak kita. Mereka harus tahu perjuangan orang tua-nya selagi muda, mereka terlahir dari ayah-ibu pejuang, jadi mereka pun tak boleh mudah menyerah jika bertemu masalah dan kesulitan di kemudian hari.

Dejavu yang terulang.
Setengah tahun yang lalu, saya dan suami 'menikmati' susahnya hidup di hutan. Ada masa ketika kami harus hidup di tengah asap kebakaran hutan, listrik padam (bukan hitungan jam, tapi berhari-hari), diperparah dengan kekeringan sehingga air sumur habis. Sekarang, kami sudah pindah ke tempat yang lebih layak. Kota. Namun bukan berarti tantangannya berhenti sampai di sana.
Pun ada masanya seperti yang hari belakangan kami alami berdua. PDAM di daerah kami mengalami machine trouble, menyebabkan pasokan air macet hingga berhari-hari. Bisa dibayangkan hidup tanpa air? Alat makan-dapur menumpuk membuat malas memasak, toilet kotor, mandi jadi jarang -bahkan akhirnya saya menunda mandi hingga tiga hari dan suami terpaksa mandi di kantor-, untuk sholat dan aktivitas buang air saja harus menumpang di pusat perbelanjaan. Kebayang repotnya masa-masa itu kan. Sudah pasti, sayalah yang lebih banyak mengeluh, uring-uringan sendiri. Dan sudah pasti juga, suamilah yang tenang dan sabar menemani masa sulit ini.

Seperti kemarin.
Karena persediaan air bersih sudah kosong mlompong, suami pesan air galon isi ulang 8 pcs untuk mengisi bak mandi. Di penghujung malam, hujan deras turun. Suami pula yang menadahi air hujan di ember untuk stok. Kalau ngga kepepet, saya tentu menolak menggunakan air hujan yang jelas tidak bersih, tapi menurut suami air hujan pun berkah, insyaAllah bersih setidaknya untuk siram-siram closet. Semalam, akhirnya saya bisa mandi. Alhamdulillah.
Efek keringnya air ini pun kemana-mana. Karena saya tidak lagi memasak -dapur acak adut bikin malas menyentuhnya- membuat kami lebih boros. Makan di luar setiap buka puasa. Oiya momen ini bertepatan dengan bulan puasa, aaah kebayang kan beratnya menjalani hari-hari *versi saya yang lebay*. Sahur dengan makanan cepat saji, tinggal goreng. Sudah ngga kepikiran lagi makan sehatnya, yang penting makan dulu, hiks.

Semoga 'badai' ini segera berlalu. Terlintas dalam benak saya, seperti inikah masa depan nanti ketika bumi kehilangan air dan udara bersih akibat pencemaran alam? Ketika itu tiba baru kemudian manusia menyesal, karena tak pandai merawat buminya dan justru merusaknya sedikit demi sedikit. Jiaaah topiknya jadi melenceng ke isu lingkungan -___-

Tapi btw ini real. Akan mengerikan hidup tanpa udara dan air bersih, dan itu cepat lambat akan terjadi jika kita sebagai manusia tidak menjaga bumi dengan baik.

Dan terakhir, terima kasih suami yang selalu selalu selalu positif dan sabar menghadapi istrimu ini :")

Tuesday, 7 June 2016

1st Year. 3rd Trisemester.

06.06.16
Setahun yang lalu resmi menikah dengan randomly seseorang yang 'aneh'. Setahun sudah melewati banyak hal bareng, sedih seneng, marah damai, menangis tertawa. Rasa-rasanya saya sudah terlalu sering menulis tentang pernikahan, bahwa menikah itu bukanlah ending yang setelah itu happily ever after, tapi babak baru perjuangan hidup dimulai. Kebayang kan, proses mencocokkan diri satu sama lain dimulai dengan bumbu-bumbu masalah rumah tangga pada umumnya. So be ready!
Alhamdulillah, satu tahun bersamamu, Farid Fawwaz Ikbar, banyak hal yang saya pelajari, meski juga masih banyak kekurangan yang belum bisa saya perbaiki. Semoga semakin hari saya semakin belajar menjadi istri yang lebih baik, pun begitu sebaliknya.
---
07.06.16
Tepat hari ini, usia dekbay masuk 196 days / 28 weeks. Itu artinya usia kandungan saya sudah memasuki trisemester akhir. Time flies! Siapa sangka dua bulan lagi InsyaAllah kamu akan lahir menatap dunia dan tumbuh bersama-sama dengan kami :")
Saya jarang sekali menulis tentang proses kehamilan ini. Bukan karena malas, tapi saya hampir tidak tahu apa yang harus saya tulis. Saya pernah menulis tentang review tiga buku kehamilan yang sedang saya baca, dan entah mengapa waktu akan di-publish, tulisannya error dan tidak bisa dibuka lagi. Saya belum sempat menuliskannya lagi dan memutuskan ya sudahlah tidak perlu di post di blog.
Kehamilan anak pertama ini (aamiin YRA) luar biasa tanpa kendala dan masalah. Di awal kehamilan saya tidak mual muntah, lemas pusing. Bahkan saya bolak-balik Jakarta-Madiun sendirian menggunakan kereta api hingga usia kandungan saya memasuki enam bulan. Alhamdulillah. Rencana Allah memang exactly right, saya ditakdirkan hamil dengan kuat karena saya harus mengurus banyak hal di Bekasi atau Madiun. Mama kebo, begitulah orang menyebut kehamilan yang tidak ditandai dengan morning sick. Semoga dekbay lahir dengan sehat dan normal, karena ke depan perjuangan akan lebih berat. "Bertiga bersama ayah bunda kita akan hadapi babak baru lagi ya, nak."
Saat mengandung, saya melewati banyak hal. Pindahan rumah, resign dari pekerjaan nyaman saya sebelum ini, dan eyang putri kamu sakit. Hal terakhir itu yang menyita pikiran waktu tenaga saya akhir-akhir ini. Sedih rasanya mengingat setiap momen mama saya kesakitan. Tapi seperti kata suami, bahwa semua ini memang harus dijalani, insyaAllah akan ada jalan keluar dan hikmah di belakang semua ini. Stay strong ya my lovely baby :)
---
Semoga catatan singkat ini menjadi pengingat di masa mendatang tentang perjuangan-perjuangan yang kita lalui bersama ya dear hubby and baby.
Oiya, saya menulis ini di hari kedua puasa bulan Ramadhan. Alhamdulillah saya dan dekbay kuat melewati puasa hari pertama, dan semoga full hingga akhir ya. Saya menikmati momen-momen bangun lebih awal menyiapkan sahur, berangkat tarawih bersama, dan ngabuburit sore di komplek rumah. Terima kasih Allah, segala puji dan syukur hanya milikMu. Alhamdulillah wa syukurillah.

Monday, 16 May 2016

Mantan.

Topik sensitif dan cetaaar.
Tapi karena saya orangnya ngga bisa kalau memendam sesuatu, jadilah tulisan ini. Maafkan saya jika ada pihak-pihak yang tersinggung. Seriously, itu murni buah pemikiran dari hasil diskusi saya-suami, dibumbui "drama" pemikiran sendiri.


Kemarin weekend, saya ikut acara reuni suami bersama teman-teman sekelasnya waktu kuliah, yang kompak dan gila, Design Engineering B - Polman. Acaranya di Resort Gili Tirta Kahuripan. Lokasi resort terletak di kota Purwakarta. Mengapa Purwakarta? Karena, salah satu agenda lainnya ke kota ini adalah, mendatangi resepsi pernikahan seorang kawan mereka yang kebetulan juga adalah mantan pacar suami. Eaaa...


Wednesday, 10 February 2016

Pillow Talk: Bekerja di Remoted Area

Tulisan lama sekali yang ngendon di draft akhirnya bisa saya selesaikan. Semoga tidak ada yang tersakiti dengan membacanya karena saya menulisnya bukan untuk menyakiti seseorang.

---

Setidaknya kami selalu menghabiskan minimal setengah jam untuk mengobrol sebelum tidur. Topiknya beragam, bisa serius tapi lebih sering hal remeh berujung canda tawa. Kali ini, saya mau share obrolan kami tentang dunia kerja. Alhamdulillah, tiga tahun, kami sama-sama merasakan pengalaman bekerja yang menantang.

Mengapa saya sebut menantang? Padahal kalau dilihat-lihat pekerjaan yang kami lakukan "ya kitu-kitu wae" tapi sebenarnya di balik orang-orang yang bekerja di remoted area, ada pengorbanan yang mereka hadapi. Jauh dari keluarga, waktu berkumpul dengan kerabat/sahabat, suasana kota, makanan enak, dan momen berharga adalah setidaknya hal-hal yang harus direlakan karyawan tambang di tengah hutan atau engineer minyak yang hidup di tengah laut.

Ada sisi positif dan negatif yang akhirnya memberikan dampak pada para pekerja. Inilah resume versi saya dan suami:

Monday, 8 February 2016

Happy Chinese New Year 2016

Xin Nian Kuai Le
Shen Ti Jian Kang
Sheng Yi Xing Rong
Wan Xhi Ru Yi
~
Happy Chinnese New Year
Tahun baru dalam kalender Cina memasuki tahun monyet api. Konon katanya ini tahun penuh keberuntungan, usaha-usaha yang dilakukan dengan kerja keras, meski sulit, tapi akan berhasil. Buat saya sih, kapanpun itu, hasil tidak akan membohongi proses. Jadi tidak perlu menunggu tahun monyet api untuk berusaha, gagal dan berhasil itu tergantung ikhtiar dan doa saja. Eaaa...

Btw, saya memang lahir dari seorang papa keturunan Cina. Tidak heran mata sipit dan kulit (agak) putih terwarisi dalam diri saya. Meski punya nama Cina, saya tak pandai kwoi ~bahasa Cina~ walaupun waktu SD pernah belajar. Mentok saya cuma bisa berhitung dan hapal kosa kata sehari-hari di rumah: makan, tidur, mandi.

Setiap perayaan hari raya besarnya orang Cina, Imlek, kami jarang merayakannya dengan ramai. Tapi biasanya, papa mengajak kami "makan enak", dan ditutup makan buah-buahan, jeruk Mandarin atau pisang. Sudah itu saja. Yang tidak terlewatkan selain itu, anak-anak papa -cici dan koko- saya yang tinggal di luar kota gantian menelopon mengucapkan "kiong hi kiong hi" ke papa.

Tahun baru monyet api kali ini, kami "cuma" makan sop buntut, dan tetiba pingin makan roti ini, Bluder Cokro. Entah sejak kapan roti ini jadi ikon oleh-oleh khas Madiun. Dulu waktu kecil roti ini mudah dicari di pasar, harganya jg murah, sepuluh ribu dapat tiga. Sekarang jadi naik tiga kali lipatnya, dan sejak dilabeli merk jadilah roti ini makin susah dicari. Succesful branding, i think

Hidup berdampingan dengan perbedaan itu ada suka dukanya. Walau kadang saya mengeluhkannya, tapi saya pikir memang beginilah jalan hidup yang harus saya lewati. Rencana Allah tak pernah salah, dan selalu akan berakhir indah.

Thursday, 7 January 2016

Jetlag

Saya tak bisa menahan diri untuk tidak menulis ini :)

Sudah sebulan waktu berjalan sejak terakhir saya resign dari pekerjaan saya selama tiga tahun terakhir, dan sebagaimana umumnya sebuah proses hijrah, it needs an effort. Semacam "jetlag" dari padatnya aktivitas menjadi longgarnya waktu di hari-hari belakangan ini.

Saya sedang merasa bahwa saya lebih menikmati stress karena pekerjaan daripada menjalani detik-detik kebosanan karena tidak (belum) ada kegiatan yang berarti. Tapi yang saya yakini kemudian adalah bahwa ini hanya proses. Bisa jadi, bulan depan saya mengatakan sebaliknya, bisa jadi satu tahun kemudian, saya punya kesimpulan yang berbeda. Who knows.

Detik ini yang bisa saya lakukan hanyalah: ENJOY THE MOMENT, the every proccess from working woman to be a housewife.

:)

Thursday, 31 December 2015

2015, WONDERFUL!

Allah memang Maha membolak-balik hati manusia. Ia Maha Mengetahui, hal-hal yang tak terpikirkan manusia, Ia tunjukkan dengan cara dan waktuNya, tugas manusia cuma pasrah, ikhtiar dan memohon doa ridhoNya.

2015, tahun yang luar biasa. Rekaman momen-momen berharga dari awal tahun hingga akhir tahun menjadi memori yang tidak akan terlupakan.

Awal tahun, setelah masa pencarian yang tidak sebentar, saya memberanikan diri, melawan ketakutan, memilih jalan cahayaNya, beribadah pada Allah SWT dengan cara yang seharusnya. Alhamdulillah mendapat banyak doa dan dukungan dari keluarga, teman-teman, rekan kerja. Bahkan ketika adik saya memilih untuk tidak menerima keputusan saya, Allah pada akhirnya membuka hatinya, meluluhkannya, membuatnya mengerti pilihan hidup saya.

Melewati 2014 yang kelam, ternyata Allah memang men-direct saya bertemu dengan jodoh terbaik di 2015. Lucu jika kembali diingat bagaimana kisah saya dan suami "saling menemukan". Siapa sangka jodoh saya adalah teman seangkatan FGDP yang tidak saya sukai di awal, yang keberadaannya tak pernah saya sadari. Alhamdulillah, sekali lagi Allah memberikan kemudahan. Empat bulan mengenalnya mampu meyakinkan saya, dia, dan keluarga kami ke jenjang pernikahan. Juni 2015 janji suci pernikahan itu dilangsungkan disusul acara bahagia resepsi di Agustus 2015.

Sekian bulan kami lewati bersama. Kami tak menunda kehadiran buah hati. Kami berikhtiar dan tak henti meminta. Namun Allah memang yang lebih tahu. Setelah menikah, setiap bulan ketika "tamu bulanan" datang, saya selalu sedih dan kecewa. Tapi siapa sangka di bulan Desember 2015, bertepatan dengan momen resign, di hari ulang tahun ke-26 saya mendapat kado manis dari Allah, sebuah testpack positif.


Dan hari ini, di akhir halaman 2015, baru saja saya melihatnya, meski kamu baru telihat sangat kecil, seperti biji salak i wonder, mungil. Pengalaman pertama ke dokter kandungan, malu-malu tapi penasaran. Masih berasa degdeg-annya waktu harus buka celana dalam karena kamu belum bisa diintip menggunakan USG normal. Baiklah mulai sekarang saya harus membiasakan diri, orang lain melihat jalan keluar kamu kelak dedek sayang :p #apasih #masihgeli

Saya tidak sabar menanti apa yang akan terjadi di 2016 nanti. Sesuatu yang lebih indah sudah disiapkan Allah. Saya akan menikmatinya, that roller coaster moment and feeling. Sungguh Maha Besar Allah, terimakasih untuk kesempatan ini, terimakasih. Izinkan orang-orang di sekitar saya merasakan kenikmatan hidup bersamaMu ya Allah.


---
Tulisan ini diketik jam sepuluh malam, ketika suara kembang api dan musik dangdut bersahutan di luar sana, tapi saya lebih bahagia mendengar suara dengkur suami yang nyenyak tertidur di sebelah. Welcome 2016, let's make it more wonderful.

Monday, 28 December 2015

It Is (Not) Special Birthday

27.12.2015

It's not my special birthday yet
There is no birthday cake, there is no surprise, or even greeting from some people
It's a quiet birthday
No reminder, no sharing

My 26th birthday was coming when I was not in my own home
I didn't meet my parents, whole of family, or collagues since of my resignation

I spended that day with my self, my husband, and my husband's family
They didn't celebrate any kind of birthday event
The day when we were born is just as same as another days, we lost one year old, what to celebrate

I'm kinda little sad
I miss my mom and dad
I close the day while yearning them, can't hold my tears drop even

Before I fall asleep, I said many thankiss for my husband
He changes my life
What a misterious Allah way
Last year on this date, I got my bloom birthday, stuck in -useless- deep sad


===

Yes, I know that day was not my special birthday
But, then Allah give a late surprise amazing gift...

See you on next post when I know what I really get after this

Saturday, 5 December 2015

My (Life) Trip My Adventure

Frekuensi ngeblog mulai menurun apalagi di hari-hari terakhir ini. Pardon me. Banyak yang ingin saya dokumentasikan via tulisan karena apa yang saya alami belakangan ini mengubah banyak hal.
 
Saya menunggu datangnya masa-masa ini.
Masa sulit tapi seru untuk dijalani.
Selalu ada masanya situasi yang serba cepat, waktu berkejaran dengan hal-hal yang harus dikerjakan.
Kadangkala 'dipaksa' mengambil keputusan di antara pilihan-pilihan yang sulit.
Mengabaikan lelah, memusatkan fokus, mengusir kekhawatiran, berusaha lebih keras demi....
"kebaikan-kebaikan yang kita yakini ingin kita kejar di masa depan"
LILLAHI TA'ALA
 
Semuanya diniatkan karena Allah SWT semata. Suami saya yang sering mengingatkan itu. InsyaAllah ketika niat baik ini menjadi pengiring keputusan-keputusan kita, semua akan dimudahkan. Dan kalaupun di tengah jalan muncul hambatan, maka disitulah kita akan naik kelas. Saya bersemangat setiap kali mengalami masa-masa seperti ini...
 
What's next? I'm passionately waiting for it...
 

Wednesday, 25 November 2015

Hijrah

John Bingham, seorang runner, saya mencari informasi tentang dirinya karena quote terkenal versinya "The miracle isn't that I finished. The miracle is that I had the courage to start".

Well, now I am.
Hijrah.

Bukan satu dua kali saya ingin mengakhiri pekerjaan ini, cuma karena satu alasan: saya sadar saya tak akan sanggup berkarir di tempat ini. Sejauh meninggalkan rumah, dengan situasi yang "menantang", menjadi kaum gender minoritas di tengah pekerja laki-laki, so many considerations, saya tidak mau seterusnya berada di tempat seperti ini. Tapi saya tetap bertahan setidaknya hingga tiga tahun, demi tanggung jawab, komitmen, pengalaman, dan mungkin memang saya harua bertahan selama itu agar saya bertemu dengan suami saya...

All is well arranged :)

Dan ketika masa itu tiba, ternyata rasanya sedih dan galau juga ya. Apalagi di situasi, ketika saya benar-benar mengakhirinya setelah beberapa waktu sebelumnya mendapat kabar baik untuk posisi yang lebih baik.

Betul kata John Bingham, yang membuat berarti itu bukan tentang mengakhiri sesuatu, tetapi keberanian memulai yang baru. Saya dan suami akan memulai lagi. Berusaha kembali. Belajar dan beradaptasi sesuatu yang baru sekali lagi. Dan semoga ini akan menjadi yang terakhir...

Suami.
Dialah yang memberi saya keyakinan, dorongan, dukungan, dan kekuatan. Dia luar biasa. Saya tak pernah menyangka, ada orang sepertinya. Orang yang benar-benar mengenalinya, pasti tahu apa yang saya maksud di sini. Dia berbeda. Saya suka suka suka sekali padanya. Terimakasih untuk peluk dan ciumnya sayang saat saya galau, sedih, marah, cemberut apapun itu. Sabar mendengar saya mengeluh. Bersikap tegas dan serius ketika dua hal itu yang memang diperlukan untuk mengatasi kelabilan saya. Terimakasih :*

Allah is the best director. Saya tak sabar menikmati jalan ceritaNya. Semua akan indah dengan ridhoNya.

Fa inna ma’al ‘usri yusra.
Inna ma’al ‘usri yusra.
Mari kita jalani proses hijrah ini bersama-sama, kesulitan dan kemudahannya. Saatnya pulang... :")

Tuesday, 20 October 2015

Cerita Dapur Nana: Like A Game Cooking Mama

I'm back to fill my promise writing about my simply kitchen. Sebelumnya saya sudah pernah posting beberapa resep cemilan sederhana berbahan pisang. Now saatnya bercerita sejarah dapur nana, walaupun belum jadi apa-apa juga sekarang sih hehe.
 
Saya sebelum menikah HAMPIR TIDAK PERNAH memasak. Dosa yang memalukan. Haha. Di rumah sejak kecil keluarga saya terbiasa makan di luar, mama saya jarang memasak karena sudah lelah memasak bakso seharian. Empat tahun jadi mahasiswa pun, saya nge-kos di rumah tanpa dapur, mentok yang saya miliki cuma heater untuk masak mie instan. Parah. Tapi sejak saya mengenal internet, saya doyan mencari resep, video masak. Setiap weekend acara tv yang ditunggu juga acara masak memasak atau acara kuliner. Passion saya memang soal makanan (pembelaan seorang yang doyan makan). Jadi dalam hati saya berjanji pada diri sendiri, kelak kalau sudah jadi istri orang, saya harus belajar memasak.
 
Well, empat bulan berjalan sebagai istri Farid Fawwaz Ikbar (eaaa...) alhamdulillah frekuensi memasak lebih sering daripada membeli makanan jadi. Hampir setiap hari kecuali kehabisan bahan makanan atau kehabisan gas. Bukan sesuatu yang bisa saya sombongkan sih, karena menu yang saya masak masih itu-itu saja.
 
Foto Pertama Masakan Dapur Nana - 20 Juni 2015
Saya memfoto hasil makanan setiap selesai memasak, bukan buat saya posting di social media, tapi awalnya untuk laporan ke mama. Iya di awal pindah ke rumah kontrakan, mama selalu khawatir menanyakan kita makan apa, karena menurut mama anaknya ini "ngga bisa masak". Dari histori foto itu jugalah yang saya sadari kemudian ada perubahan dari hari ke hari. Metamorfosa hasil dapur saya mulai dari yang awalnya masak cuma pakai rice cooker sampai sudah komplit teflon dan penggorengan (masih ngarep punya microwave atau oven), dari yang cuma mengolah ulang makanan setengah matang sampai jago pilih kombinasi sayur-lauk, dari yang sehari-hari tempe tahu telur sekarang beranjak ke ayam dan daging (next step: olahan seafood, ikan dan sebangsanya).

Tuesday, 6 October 2015

Sensasi Hidup di Batu Kajang

Izinkan saya curhat khas ibu-ibu. Lelah hayati bang, lelah.
 
Saya,
Bukan hayati, tapi bin hariyati.
Sedang sedih karana mata perih. Asap dimana-mana, debu beterbangan, bernafas pun sesak. Sedang batu pilek. Korban ISPA.
 
 
Hampir setiap hari, di perumahan tempat saya tinggal (semantara) di sini, Batu Kajang, listrik mati. Dulu PLN menggilir pemadaman setiap perumahan seminggu dua kali, kemudian semakin sering menjadi dua hari sekali. Eh lha kok sekarang setiap hari mati, dari sore hingga pagi menjelang. Bayangkan situasi tanpa lampu, tanpa ac, tanpa charger hp. Suram. Sungguh-sungguh menyeramkan. Saya menjadi sensitif, senggol sedikit mengomel. Untungnya hasrat memasak belum pudar. Meski gelap saya paksakan memasak, bukan apa-apa sih, bukan karena pintar memasak, tapi memang karena harus berhemat cyin... saya dan suami sekarang tak pegang uang cash sama sekali, menabung demi cicilan.
 
Lalu belum lagi persoalan air sumur yang habis entah sejak kapan, mungkin sebulan atau dua bulan lalu. Saya dan suami bergantung pada pasokan air dari tetangga, membelinya lima puluh ribu rupiah sekali isi tandon 1500 liter. Air yang konon sumbernya dari sungai. Setiap dua minggu sekali, saya tak pernah absen menghubungi beliau untuk mengisi air. Kalau telat terisi, mau kami siram apa kamar mandi kami nanti. Eaaa.
 
Hidup di Batu Kajang, desa pekerja, sudah menjadi sebuah rutinitas, keramaian pekerja tambang dari pagi hari bahkan sebelum matahari terbit. Namun akhir-akhir ini Batu Kajang semakin riuh saja. Ramai kampanye calon pemimpin desa, calon bupati, calon dewan, dan calon-calon lain. Keriuhannya tapi tak memberi banyak efek pada pembakaran lahan di sekitar sini. Setiap hari asap masih menyelimuti awan Batu Kajang. Salah siapa? :| Desa ini cukup menggambarkan betapa mirisnya pemerataan kesejahteraan hidup di Indonesia. Desa yang katanya desa pekerja, bekerja menambang salah satu sumber energi tapi justru serba kekurangan energi karena setiap hari mati listrik.
 
Saya bertahan. Saya bersabar. Atau setidaknya masih mau belajar bertahan dan bersabar. Nanti masa-masa susah ini akan menjadi memori manis ketika sukses, Nana. Begitu kata saya pada diri sendiri. Suami pun selalu siap siaga. Saya heran darimana datangnya motivasi dan semangat hidupnya itu. Continue up. :)
 
Sudah sudah. Selesai di sini saya curhatnya. Isi postingan kok mengeluh terus. Hihihi. Next time, saya mau cerita soal dapur. Saya sedang excited memasak. Mulai masak dari nol sampai sekarang masih nol koma juga sih... see yaaa :*

Saturday, 19 September 2015

Mimpi Untuk Pustaka Merah Putih (2)

Menyambung tulisan panjang lebar yang ini, saatnya melanjutkan cerita mimpi. Boleh ya teman-teman saya sampaikan di sini... #izin
 
Sering kita mengobrol dari santai sampai serius tentang 'bobroknya' birokrasi politik, tapi diskusinya tak berujung pada solusi. We stop then. We think, we only need do better maximize our potential in our subject, do good thing for give positive impact. Done. Kemudian otak 'liar' saya berpikir, mungkinkah suatu hari kita membuat proyek sociopreuneur sendiri? Atau membuat sejenis kampung bina sosial ala kita? Atau terjun dalam masyarakat lewat produk yang bersentuhan langsung dengan mereka? Seharusnya bisa. Mereka di balik suksesnya Go-Jek, GrabBike, Indonesia Berkebun, Bank Sampah, Dompet Duafa, Indonesia Terang, dan masih banyak proyek lainnya digawangi anak muda, tak jarang freshgraduate, atau profesional berpengalaman. Coba cek makin menjamurnya bisnis sosial masyarakat di situs Social Entrepreneur Academy.
“Ketika terjadi kemiskinan yang marak dan ketidakadilan sosial, kewirausahaan sosial adalah jawabannya.” – Muhammad Yunus