Tulisan ini mungkin akan panjang. Secara khusus saya tuliskan tentang anak kedua kami, Jasmine Farra Medina. Dulu saya bisa begitu rajin menulis banyak hal dan perkembangan si kakak setiap bulan, jadi "maafkan mommy ya dek", karena baru sekarang mendokumentasikan kehadiranmu lewat tulisan.
Nama Jasmine Farra Medina, dipilih daddy dengan makna, Jasmine adalah istilah untuk bunga melati putih harum yang mudah tumbuh dan ditemukan di mana saja, Farra si cantik nan gembira, dan Medina, salah satu kota suci tujuan ibadah umat Islam yang masih ada hubungannya dengan mengapa kami memberi nama Mecca di anak pertama kami.
Baca: Naifa Shareen Mecca
Harapan kami, dia akan tumbuh menjadi anak yang cantik dan bahagia, ramah dan mudah bergaul dengan siapapun.
---
Kehadirannya memang tak terduga, dan sejujurnya tak diharapkan, sungguh kufur nikmat bagi kami karena tak mensyukurinya. Saat itu, kami masih struggling dalam membesarkan anak pertama hanya berdua, nyaris tanpa bantuan siapapun. Semuanya nampak mulai berjalan lancar, ideal, hingga pada akhirnya saya mendapati diri ini hamil anak kedua, yang saat itu usia kehamilannya sudah masuk bulan kelima. Bayangkan betapa kuatnya kamu Adek Jasmine, karena saat mommy mengandungmu, kami sedang renovasi rumah dengan segala keribetan dan ketidaknyaman itu, sambil membesarkan si kakak sendirian, kendaraan pun hanya ada satu yang dipakai daddy ke kantor, jadi kalau belanja saya harus jalan kaki ke warung seberang cluster. Boro-boro mengasup vitamin kehamilan, saat itu karena baru ketauan di trisemester kedua, saya tidak terlalu menjaga gizi makanan yang masuk. Namun pada akhirnya kamu tetap kuat bertahan, dan lahir sehat normal. Alhamdulillah.
Memang kamu lahir tak sebesar kakak, berat lahir kamu cukup di 2.75 kg dengan panjang badan 47 cm. Di awal kelahiran, kamu sempat mengalami "kuning", bilirubin di atas normal, yang mengharuskan kamu mendapat perawatan intensif di ruang khusus fototerapi selama 3 hari.
Banyak sekali hal baru yang terjadi pada adek Jasmine. Pengalaman menyusui adek juga ternyata tidak semulus perjalanan ASI kakaknya, karena dia mengalami tongue tie yang harus di-inisisi karena sudah dalam tahap mengganggu. Selain itu, di pangkal punggung adek juga ada benjolan lemak, yang sampai sekarang saya menulis ini masih ada. Sudah dua kali dibawa ke dokter bedah anak, kata beliau bukan masalah apa-apa, wait and see saja sambil melihat pertumbuhannya, diharapkan bisa mengecil dan hilang dengan sendirinya seiring usia berjalan.
Tidak hanya fisik, tapi membesarkan anak kedua memang challenging di bagian tidak seharusnya membandingkan dengan anak pertama. Saya berupaya keras untuk tidak melakukannya, karena saya tahu dampak buruknya, saya dan adek saya tak pernah cukup dekat karena tak ada ikatan emosi baik di antara kami, pola asuh saling dibandingkan membuat kami tidak menyukai satu sama lain.
Sebenarnya selalu ada kesempatan untuk membandingkan, ketika dulu kakak begini, adek mengapa begitu dan seterusnya. Saya menyadari penuh bahwa sejatinya tiap anak diciptakan berbeda, bahkan pada anak kembar sekalipun. Namun prakteknya, saya selalu remidi. Melakukan kesalahan yang diulang-ulang. Begitulah fakta yang terjadi ketika orang tua tidak mempersiapkan lahir dan batin pada kelahiran seorang anak. Sampai detik ini, kami masih berusaha, berbuat adil dan baik pada keduanya, bersikap netral tanpa membandingkan.
Pesan sponsor: jangan ragu untuk pasang KB sesegera mungkin agar bisa mengatur jarak kehamilan dengan optimal, karena setiap anak berhak mendapat perhatian totalitas dari orang tua-nya. :)
Balik lagi tentang anak kedua kami, Jasmine.
Alhamdulillah dia tumbuh cantik, lucu, menggemaskan. Lebih aktif dan penasaran hal-hal baru, lebih tomboy juga gayanya hahahaha. Tentu ada banyak hal yang juga membuat kami belajar sabar, karena kemampuan tiap anak pun berbeda dalam menangkap instruksi, milestone-nya berbeda.
Di tulisan sebelumnya, saya sempat menyebutkan bahwa kehadiran anak kedua ini mengubah saya begitu banyak. Pada saat ini ditulis, saya sedang berusaha mengatasi emosi saya. Saya menjadi orang yang pesimitif, tak punya passion berkarya atau bahkan sekadar beraktivitas. Tapi suami saya selalu bilang, saya harus yakin dan sabar, Allah menitipkan anak dengan tujuan baik, dengan keyakinan bahwa kami sanggup. Jadi mari kita jalani bersama-sama ya Adek Jasmine, sama-sama belajar memaknai kehidupan ini.
Next PR saya menulis tentang Sibling Rivalry.
Showing posts with label pengalaman. Show all posts
Showing posts with label pengalaman. Show all posts
Wednesday, 10 June 2020
Thursday, 24 November 2016
Pillow Talk: Hakekat Kehidupan
Sudah lama rasanya tidak lagi menulis sesuatu selain curhatan ala emak-emak akhir-akhir ini. #OOT Blog ini jadi saksi perjalanan menulis saya dari yang alay curhat remaja, sharing ide, uneg-uneg sosial politik, pengalaman spiritual, sampai ke topik pernikahan dan keluarga sekarang. Campur aduk kayak gado-gado, saya kalau ditanya niche blog ini apa, belum menemukan spesifiknya, judulnya saja Nana's World in Words, artinya semua-semua yang ada dalam dunia versi saya tertuang di blog ini.
Hari ini saya gatel mau mendokumentasikan obrolan saya dan suami beberapa hari lalu menjelang tidur malam. Pillow talk. Terakhir saya menulis topik serupa hampir setahun lalu, baca di sini.
Friday, 4 November 2016
Balada Administrasi Kependudukan Endonesa
Ini postingan sudah ada di draft sejak bulan puasa, tapi akhirnya baru publish empat bulan kemudian, mengapa? Baca hingga akhir cerita. Jadi, saya mau curhat. Dari judulnya saja mungkin pembaca sudah bisa menebak tema tulisan ini, yaitu tentang tetek bengek mengurus administrasi kependudukan.
Saya sudah menikah setahun tapi KK dan KTP kami belum berubah, karena kami belum sempat mengurusnya. Nah ketika saya sedang hamil 7 bulan, saya baru sadar bahwa administrasi ini penting untuk segera diurus, terutama sebelum bayi lahir. Jadilah saat itu saya ngebut mengurusnya.
Membuat KK dan KTP baru itu memang agak tricky, ribet tapi sebenarnya bisa dilakukan. Khusus case kami, KK dan KTP-nya pindah wilayah. Suami dari Garut, saya dari Madiun, memutuskan pindah jadi warga Bekasi. Karena ada perpindahan ini maka dibutuhkan Surat Keterangan Pindah WNI dari daerah asal, yuk disimak pengalaman saya mengurusnya.
Thursday, 8 September 2016
Pengalaman Persalinan di RSIA Resti Mulya
Seminggu sudah berlalu sejak momen persalinan Naifa Shareen Mecca yang ceritanya bisa dibaca di sini. Kali ini saya mau share pengalaman sekaligus memberikan review RSIA Resti Mulya setelah melahirkan di sana. Sebelumnya saya juga sudah memberikan penilaian berdasarkan pengalaman kontrol kehamilan, baca di sini.
Saya memang awalnya tidak mengetahui keberadaan RS ini, jadi tidak terbersit sekalipun akan kontrol kehamilan dan melahirkan di sana. Tapi ternyata pada akhirnya saya puas dengan keputusan saya untuk pindah ke RSIA Resti Mulya, yang sebelumnya saya keukeuh ingin di RSIA Hermina Bekasi (di awal kehamilan sempat kontrol di sana, review-nya bisa baca di sini). Saya tidak ragu memberi pujian dan berbagi pengalaman kepada orang lain ketika saya puas dengan sebuah pelayanan/jasa/produk. So here it is, birthing service from RSIA Resti Mulya.
---
Tuesday, 19 July 2016
Belanja Keperluan Newborn Baby
Semangat pagi ibu-ibu!
Blog ini tak terasa beralih fungsi, dulunya jadi tempat curhat sejak jaman kuliah, kerja di site, galau jodoh, dan sekarang menjadi sharing pengalaman menjalani peran istri dan (calon) ibu. Blog dengan topik ini sebenarnya sudah seambreng, banyaaak. Saya pun terbantu juga dengan informasi-informasi yang mereka bagikan lewat blog pribadinya. Begitulah saya jadi terinspirasi juga untuk berbagi pengalaman versi saya, siapa tau ada ibu-ibu lain yang nyasar kemari dan mendapatkan manfaat dari artikel-artikel di dalamnya.
InsyaAllah ini akan jadi pengalaman pertama bagi saya dan suami, anak pertama cuy. Dan juga cucu pertama di masing-masing keluarga kami. Jadi kebayang kan, kalau kami tidak punya role model soal menyoal hamil dan melahirkan ini, atau bahkan sekedar barang lungsuran dari pendahulu kami, hehehe... Oleh sebab itu saya merasa terbantu sekali dengan postingan ibu-ibu yang berbagi informasi via blog atau forum bumil di social media. Saya juga banyak membaca buku untuk menambah wawasan baru ini meski pada akhirnya walaupun secara teori oke, tapi practically masih awam sekali.
--
Saya mulai belanja keperluan bayi di usia kehamilan 34w setelah melewati hari raya Idul Fitri 1437H. Sebelum itu, saya sudah banyak follow online babyshop di Instagram dan banyak bertanya pada teman-teman yang sudah melahirkan sebelumnya. Tujuan mencari informasi pra shopping adalah (1) mencari referensi harga, (2) mengenal merk, (3) menentukan prioritas dan (4) membandingkan kualitas barangnya. Jadi ketika saya dan suami belanja di toko, kami tidak buta informasi, bisa nego harga dan memilih barang. Toko tempat kami belanja adalah Audrey Baby Shop yang berlokasi di ITC Cempaka Mas Lt. 3 Blok F No. 346-350 Jakarta Pusat. Keberadaan toko ini kami ketahui dari rekomendasi ibu-ibu di forum dan blog pribadinya. Reviewnya lengkap semua tersedia, dan harganya miring. Baiklah mari kita berburu! Siapkan tenaga dan (isi) dompet ><
Friday, 15 July 2016
Pengalaman Kontrol Kehamilan di RSIA Hermina Bekasi
Tak terasa usia kehamilan saya akan memasuki penghujung trisemester tiga, atau dengan kata lain, masa persalinan sudah di depan mata.
Saya ingin berbagi cerita memilih RSIA untuk kontrol kehamilan dan persalinan (nantinya) di daerah Bekasi dan Jakarta Timur. Dari usia kehamilan 1 bulan, saya sebenarnya sudah memilih langsung RSIA Hermina Bekasi sebagai tempat periksa. Hal ini didasari karena rekomendasi ibu-ibu di berbagai forum dunia maya. Dan setau saya memang Hermina terkenal track record-nya sebagai RS khusus ibu anak yang bagus dan punya banyak pilihan dokter obgyn. Selain itu lokasinya juga tidak terlalu jauh dari rumah, kira-kira 14 km dengan waktu tempuh 45-50 menit (kondisi lancar). Di RSIA Hermina Bekasi, terdapat 32 dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan, mereka punya jadwal praktek setiap hari, pagi hingga malam. Jadi ibu-ibu punya pilihan banyak yang bisa disesuaikan dengan keperluan dan jadwal kosongnya.
Pilihan dokter obgyn saya jatuh pada Dr. Yuditia Purwosunu, SpOG (K). Sekali lagi pertimbangannya yang pertama adalah dari rekomendasi ibu-ibu di forum dunia maya. Banyak di antara mereka menyebutkan Dr. Yudit yang baik, ramah, pintar, ahli feto, spesialis usg 4d, dan masih banyak lagi komentar positif dari mereka. Btw, jadwal praktek dokter RSIA Hermina bisa dilihat di websitenya lho, klik di sini.
Overall ini review saya selama kontrol kehamilan di RSIA Hermina Bekasi:
Thursday, 23 June 2016
Sortir Isi Lemari Untuk Donasi
Welcoming you, Happy Ramadhan 1437H.
Meski ini postingan pertama di bulan Ramadhan, tapi sebenernya sudah setengah bulan terlewati, tepatnya saya menulis di hari puasa ke-17. Alhamdulillah bumil dan dedek bayinya diberi kekuatan menjalani puasa, semoga berakhir full di penghujung bulan :)
Meski ini postingan pertama di bulan Ramadhan, tapi sebenernya sudah setengah bulan terlewati, tepatnya saya menulis di hari puasa ke-17. Alhamdulillah bumil dan dedek bayinya diberi kekuatan menjalani puasa, semoga berakhir full di penghujung bulan :)
Barusan setelah nganter suami berangkat kerja, saya sibuk beberes kamar. Entah tiba-tiba mendadak rajin pagi-pagi, biasanya mah tidur lagi sampai matahari sudah naik hehehe. Hari ini saya udah niat banget mau bongkar lemari baju dan sortir semua isinya untuk dikeluarkan dan disumbangkan. Ide ini terinspirasi dari teh Angella Fransisca, yang pernah posting di Instagram-nya tentang #satumasuksatukeluarbyangie. Jadi ternyata, saya juga baru belajar nih, bahwa kelak di akhirat barang-barang yang kita miliki di dunia pun akan ikut dihisab oleh Allah, dimintai pertanggung-jawabannya digunakan untuk apa selama ini, sekecil seremeh apapun barangnya tak luput dari hisaban Allah. Jadi, kita harus belajar mengikhlaskan barang yang kita miliki, belajar tidak suka menumpuk-menyimpan barang padahal sudah jarang (bahkan tidak pernah) terpakai. Salah satu kisah sahabat Nabi yaitu Abu Bakar ra. yang terkenal kaya raya, ketika meninggal, ia sudah menginfaq-kan semua hartanya tak bersisa satu dirham pun. Apa kabar kita yang masih suka menyimpan baju, tas, sepatu lebih dari secukupnya? *introspeksi diri*
Dari nasehat itulah saya bertekad memulainya. Awalnya tidak mudah, lihat baju ini ah sayang motifnya bagus *padahal baju itu kalau dipakai lebih mirip daun pisang ngebungkus lemper, padet bantet, alias sudah tidak tepat ukuran* (-___-#). Bagian lain yang membuat berat adalah kenangannya, "kerudung ini pernah dipakai saat momen itu, duh ikhlas lepasin ngga ya" padahal jarang dipakai dalam keseharian sekarang. Dan yang tersusah adalah menyortir barang pemberian orang. Mukena, salah satunya. Sejak mualaf, entah sudah berapa orang yang memberi kado mukena pada saya, dengan berbagai motif, bahan, model, dan ukuran. Lucu-lucu, cantik-cantik, dan tentu masih baru. Tapi sayangnya mukena-mukena itu jadi menumpuk dan jarang dipakai. Saya punya 7 mukena yang sering saya pakai (bayangkan!). Empat pcs di rumah Bekasi, dipakai bergantian, salah satunya adalah pemberian suami sebagai mas kawin saat akad. Dua pcs di rumah Garut. Dan satu pcs di rumah Madiun, mukena pertama yang saya miliki, pemberian Chika di hari ulang tahun ke-25 :"). Nah dari sekian banyak mukena yang sering saya pakai, rupanya masih ada juga mukena yang belum sama sekali dipakai.
Barang-barang itu akhirnya hanya memenuhi lemari. Tidak mudah memang menyingkirkan perasaan keterikatan pada sebuah barang. Tapi bukankah tumpukan barang tersebut akan lebih bermanfaat bila digunakan oleh orang lain yang membutuhkan. Menyisihkannya bukan berarti tidak menghargainya justru karena barang tersebut bernilai maka didonasikan agar terpakai. Jadi pada akhirnya saya sengaja memilih barang-barang yang memang masih bagus, layak, dan bersih.
Friday, 27 May 2016
Balada Memilih Bank: Awalnya Tak Sengaja Akhirnya Setia
...Bing beng bang
Yok kita ke bank
Bang bing bung
Yok kita nabung
Tang ting tung hey
Jangan dihitung
Tau tau kita nanti dapat untung...
Yok kita ke bank
Bang bing bung
Yok kita nabung
Tang ting tung hey
Jangan dihitung
Tau tau kita nanti dapat untung...
Hayo, siapa yang masih ingat lagu ciptaan Titik Puspa yang dinyanyikan Saskia & Geovanny di atas? Judulnya "Menabung", sebuah lagu anak-anak yang bertujuan untuk mengajak kebiasaan baik yaitu menabung sejak kecil. Tentu karena mempunyai manfaat positif, maka menabung dianjurkan sejak kecil. Tujuannya antara lain mengajar kita untuk hidup tidak boros, menyisihkan sebagian uang yang dimiliki untuk ditabung. Jika punya tabungan, kita tentu tak perlu bingung ketika ada kebutuhan mendesak.
![]() |
Celengan Masa Kecil @Dok. Pribadi |
Practically saya baru membuka tabungan di bank saat menginjak kuliah. Is it too late? I think so, but it's better than never. Proses memilih bank di masa itu bisa dibilang karena keterpaksaan sekaligus ketidak-sengajaan. Jadi karena perguruan tinggi negeri tempat saya melanjutkan pendidikan bekerjasama dengan salah satu bank negeri yang cukup ternama yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), maka saya membuka tabungan awal di sana. Saya yang masih cupu tidak benar-benar tahu mengapa saya memilih bank tersebut. Intinya biar mudah membayar SPP setiap semester itu saja. Empat tahun saya "terpaksa" setia menggunakan rekening BNI dengan kartu ATM yang berfungsi sekaligus sebagai Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), keren ya kartu ATM BNI saya saat itu beda dari lainnya, tercetak nama dan foto pribadi hehehe.
![]() |
KTM-ku | @Dok. Pribadi |
Monday, 9 May 2016
#BahagiadiRumah : Doing Simple Things is a Way of My Quality Time
Lima hari dalam sepekan, saya bangun sebelum subuh, menyiapkan bekal sarapan suami yang harus sudah berangkat ke tempat bus shuttle-nya pk 05.00 WIB. Begitulah kami newlyweds memulai rutinitas setiap harinya. Kami baru menikah dan pindah ke Jakarta (Bekasi, exactly). Hari ini tepat lima bulan kami menempati rumah sendiri. Bahagia? Sangat. Rempong? Iya juga.
Setelah officially resign bekerja, saya praktis menghabiskan waktu mostly 24 jam di rumah. Banyak teman penasaran yang bertanya? "Kalau lagi di rumah ngapain aja, Na? " secara sebelum menjadi ibu rumah tangga, saya dikenal sebagai perempuan aktif sejak masa sekolah, kuliah bahkan kerja pun memilih di tengah hutan, berada di antara kerasnya dunia pertambangan. Awalnya saya "jetlag" terkaget-kaget dengan kebosanan, tapi semakin ke sini saya menikmatinya. Di tengah rutinitas pekerjaan ibu rumah tangga yang tidak sedikit, saya menyempatkan untuk beraktivitas lain yang bisa membuat bagagia. Apa yang membuat saya #BahagiadiRumah ? Coba cari tahu pengalaman saya menemukan kebahagiaan di rumah, mungkin kamu bisa menirunya.
Monday, 11 April 2016
[Pregnancy Journal] For The First Time, I Feel Your Kick Move
11-04-2016
19 weeks and 6 days
19 weeks and 6 days
Finally, I got you. You was just kicking twice or something a minute ago. I barely know when you move in my belly, dearest baby. Recent days, I feel a little worry of you just because some people say that my belly isn't big enough to be seen as fourth month pregnancy. And as I read in some article, it should be there -your kick- in second trisemester. But I didn't (yet).
Still, I can't believe it's real or just my imagination that you're just kicking. I caressed my belly soon after your first kick that I could feel. I talked to you, but then you're dissappearing. Huhuhu
Oke, I'll more concern to notice any move from you baby. I love you <3
Friday, 1 April 2016
Pengalaman Pertama Bersama Uber
Uber, salah satu moda transportasi berbasis online. Memanfaatkan mobil-mobil pribadi sebagai "transportasi umum" bagi pengguna. Di tengah kontroversinya, Uber menyelamatkan penumpang-penumpang galau yang bingung berpergian jauh dengan apa, selain bus transjakarta dan KRL yang lebih sering penuh padat ketimbang longgarnya.
Saya tahu Uber sejak lama, hampir bersamaan dengan munculnya Gojek dan Grab. Tapi saya belum pernah sekalipun menggunakannya karena terkendala Credit Card. Iya, mereka menggunakan CC sebagai alat pembayaran. Sebenarnya lebih mudah, penumpang tinggal pesan, masuk mobil, diantar ke tujuan, sampai langsung turun. Ongkos akan langsung terpotong di kartu kreditnya. Tapi sayangnya, saya dan mungkin beberapa golongan orang lain memilih tidak mempunyai kartu kredit. Pilihan kan ya mau punya atau tidak...
Jadi saya hanya sebagai pengamat pelanggan Uber sejauh ini. Hingga di awal 2016, Uber trial memberikan kesempatan bayar Cash pada beberapa pengguna loyal Uber. Sekali lagi saya belum bisa memanfaatkannya, gimana jadi loyal wong belum pernah pake... dan kabar baik berikutnya kembali muncul. Mulai bulan Februari 2016, semua pengguna Uber bisa memanfaatkan aplikasi ini dengan pembayaran tunai. Yiiihhhaaa...
**update: ketentuan ini baru berlaku di Jabodetabek
**update: ketentuan ini baru berlaku di Jabodetabek
Saya mencobanya untuk pertama kali dalam perjalanan dari rumah di Harapan Indah Bekasi menuju Bank Jawa Barat KCP Cipinang Raya sekitar 15-17km. Jika saya bandingkan dengan penggunaan Gojek, biayanya sekitar 45k-50k. Sedangkan Uber mematok estimated price di 55k-69k. Beda tipis kan, siapa yang tidak tergoda untuk menjajal Uber dong. Lebih nyaman, dan mostly important, aman buat ibu hamil seperti saya yang menghindari guncangan-guncangan di jalan.
Thursday, 31 March 2016
e-Klaim JHT: Pendaftaran dan Verifikasi (Part 2)
Karena saya tidak ingin artikel ini terlalu panjang pada satu post, maka saya membaginya menjadi dua bagian. Dan pada part kedua ini, fokus utama pada proses e-klaim JHT. Check it out.
Setelah persiapan selesai (baca di sini apa saja yang harus disiapkan), maka kita bisa lanjut pendaftaran via e-klaim. Website yang dikunjungi masih sama di https://es.bpjsketenagakerjaan.go.id, tapi menu yang dipilih adalah "e-Klaim JHT". Dari menu tersebut, kita bisa mengajukan dan sekaligus bisa mengecek status klaim kita sampai mana. Mudah dan menyenangkan.
**Tips4: Pastikan kamu menggunakan handphone cukup canggih untuk pengajuan e-klaim (setidaknya mampu upload dokumen), atau lebih amannya gunakan PC untuk proses ini. Beberapa kasus e-klaim gagal dikarenakan scan berkas tidak masuk, data error, dan ketidaklengkapan lainnya.
Untuk pengajuannya kita harus mengisi data-data di form yang tersedia di website tersebut, sediakan semua berkas sebagai panduan untuk mempermudah pengisian. Kita dibebaskan memilih kantor BPJS Ketenagakerjaan (Jamsostek) mana yang akan kita kunjungi untuk verifikasi. Pada tahap akhir pengisian form, kita diwajibkan mengupload dokumen yang sudah kita scan. Pada poin dokumen terakhir, saya gunakan Surat Keterangan Kerja yang menyatakan saya berhenti bekerja karena mengundurkan diri (tapi tetap menyimpan Surat Perusahaan Pada Depnaker untuk verifikasi nanti). Untuk poin pertama dokumen yaitu Formulir Pengajuan JHT (F5) tidak perlu kita upload, justru nanti form ini akan dikirimkan ke email jika pengajuan e-klaim disetujui.
Done upload. Submit.
e-Klaim JHT: Persiapan (Part 1)
Baiklah kita mulai dari mana ya? Oke. Begini, siapa yang baru saja resign? Atau pensiun? Mungkin artikel ini akan bermanfaat.
JHT yang kepanjangannya Jaminan Hari Tua, adalah program BPJS Ketenagakerjaan yang bermaksud untuk menyiapkan tabungan hari tua bagi karyawan yang pensiun, meninggal, atau cacat tetap. Tapi sejak tahun 2015, UU Ketengakerjaan yang baru mengizinkan karyawan resign untuk mencairkan JHT 100% satu bulan setelah non aktif sebagai pekerja. JHT ini adalah hak dari kewajiban iuran bulanan di slip gaji kita, coba tengok slip kamu, selain potongan BPJS Kesehatan, Program Pensiun, ada juga potongan JHT senilai 5,7% dari gaji dengan 3,7% dibayarkan oleh perusahaan dan 2% ditanggung karyawan. Jadi kalau dicairkan nominalnya lumayan dong ya. Ayeee... #abaikan
Sejujurnya saya baru mempelajarinya lagi setelah 'terinspirasi' pengalaman teman satu mess-satu kantor-satu perantauan dulu di Kalimantan, Deasy yang lebih dulu mencairkan JHT-nya di Semarang setelah resign. Saya awalnya tidak terlalu peduli untuk mencairkan JHT ini, ah paling-paling ribet, paling-paling dipersulit, paling-paling ga jelas... dan nada-nada kesinisan lain pada program-program pemerintah ini. Tapi setelah dipelajari lebih lanjut, googling, dan mencari info di website resmi BPJS Ketenagakerjaan, saya jadi semangat. Waaaah lumayan ini, kalau tidak dicairkan sayang uangnya... #emakemakbanget
Nah bagi kamu yang berminat intip-intip saldo JHT bisa coba buka link ini. Bagi pengunjung pertama kali, you should register your ID. Masih disimpan kartu Jamsosteknya sodara-sodara?
Wednesday, 10 February 2016
Finding Right Man in Right Time
Sebagai perempuan, saya 'gatal' ingin menulis topik ini. Usia kepala dua adalah masa kejayaan, masa dimana tidak hanya cita-cita dan mimpi yang dikejar, tapi juga sebuah cinta sejati. Cie...
Dan pada dasarnya, perempuan menjadi lebih rentan pada hal-hal yang berbau perasaan. So you should read this, learn something from here, then find out your man, not your boy(friend).
Saya menjumpai sendiri banyak kisah cinta yang berakhir di umur 20an, tapi tak jarang juga kisah yang justru baru dimulai saat itu. Jangan khawatir jangan risau, ambil hikmahnya: he is not for you, you're deserve better or if you think your last partner is better enough but your relationship still comes to end, it means that it's not the right time. You and your ex-partner just meet in wrong timing. Be easy (altough passing it isn't as easy as I said, it needs time, trust me I've been there before but I was still survive then).
Menurut Jenna Lowthert, ada 18 perbedaan antara "MAN" dan "BOY", check it out.
Pillow Talk: Bekerja di Remoted Area
Tulisan lama sekali yang ngendon di draft akhirnya bisa saya selesaikan. Semoga tidak ada yang tersakiti dengan membacanya karena saya menulisnya bukan untuk menyakiti seseorang.
---
Setidaknya kami selalu menghabiskan minimal setengah jam untuk mengobrol sebelum tidur. Topiknya beragam, bisa serius tapi lebih sering hal remeh berujung canda tawa. Kali ini, saya mau share obrolan kami tentang dunia kerja. Alhamdulillah, tiga tahun, kami sama-sama merasakan pengalaman bekerja yang menantang.
Mengapa saya sebut menantang? Padahal kalau dilihat-lihat pekerjaan yang kami lakukan "ya kitu-kitu wae" tapi sebenarnya di balik orang-orang yang bekerja di remoted area, ada pengorbanan yang mereka hadapi. Jauh dari keluarga, waktu berkumpul dengan kerabat/sahabat, suasana kota, makanan enak, dan momen berharga adalah setidaknya hal-hal yang harus direlakan karyawan tambang di tengah hutan atau engineer minyak yang hidup di tengah laut.
Ada sisi positif dan negatif yang akhirnya memberikan dampak pada para pekerja. Inilah resume versi saya dan suami:
Wednesday, 27 January 2016
Dream Home: Nasihat Penting Untuk KPR-ers
Mendadak ingat ada beberapa detil yang belum tersampaikan di dua post sebelumnya. Jadilah di-resume di sini saja, anggap saja ini nasihat nenek untuk para KPR-ers.
- Harus sudah bekerja ya le... minimal setahun, dan jangan resign waktu mengajukan KPR, merepotkan orang saja!
- Catatan perbankan bersih. Mending ngga usah ambil kredit apa-apa dulu sebelum KPR, ataupun kalau ada sudah lunas. BI Checking bisa-bisa ngga lolos kalau punya catatan hitam soal utang piutang sebelumnya.
- Paling aman, cicilan KPR per bulan seminimalnya 20%-30% dari gaji. Kalau lebih gimana? Berdoa saja, kadang bank baik kok tetap mau mengabulkan permohonan kredit walau gaji pas-pasan, dikejar target mungkin si bank-nya.
- Sudah menikah jadi poin plus lho mblooo... walaupun bukan jaminan pasti kalau para single tidak bisa dapat KPR.
- Semua berkas yang di fotokopi, harus ada dan siap aslinya kapan saja dibutuhkan, terutama ketika akad.
- Tanyakan ke developer/penjual rumah soal surat menyurat rumah. Apakah ada sertifikatnya, aktenya, dalam bentuk pecahan per rumah atau satuan cluster. Penting! Tapi biasanya kalau bank sudah bekerjasama dengan developer, poin ini skip aja, mereka sendiri yang akan urus.
- Buku rekening yang dimasukkan sebagai dokumen syarat adalah rekening tempat gaji kamu masuk ya. Bank mau crosscheck transaksi dana keluar masuknya, bukan saldo terakhir.
- Mengajukan KPR single income ternyata biaya lain-lainnya lebih kecil daripada double income loh, karena hitungan biaya asuransinya untuk satu orang aja.
- Kalau bisa DP lebih-lebihin dari 20%, coba main simulasi cicilan KPR (Konvensional/Syariah) di mari, makin besar DP makin enteng 10-15tahun ke depan.
- Rumahnya cari yang menjanjikan ya, bank juga menilai prospek investasi rumah, kalau kondisinya tidak oke lokasi entah berantah banjir atau di kaki gunung berapi, bank bisa saja menolak memberikan KPR.
Sudah itu saja dulu sepuluh nasihat nenek pada cucunya yang akan mengambil KPR.
Dream Home: Tentang KPR CIMB Niaga Syariah
Memenuhi janji di post sebelumnya ini, akhirnya saya menulis tentang produk KPR yang kami ambil untuk membiayai sisa pembelian rumah baru.
Dengan berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk mengambil KPR Syariah dibanding KPR Konvensional, sekali lagi terimakasih mbak Tikawe dan mas Onos untuk pencerahan awalnya.
KPR Syariah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan KPR Konvensional dalam hal syarat administrasi dan proses kredit. Poin perbedaannya terletak pada cara menghitung biaya kewajiban. Karena menggunakan sistem syariah, maka prinsip peminjaman tidak menggunakan "bunga" melainkan pembiayaan berbasis jual-beli (murabahah). Bank membeli rumah pada developer lalu menjualnya lagi pada saya dengan keuntungan bank. Saya membeli dari bank dengan mencicilnya setiap bulan selama masa tenor. Ibaratnya jual-beli sayur di pasar, pedagang membeli sayur dari petani sebesar Rp 3.000,-/ikat kemudian dia jual ke pembeli seperti saya dengan harga Rp 5.000,-/ikat, pedagang tersebut mengambil untung Rp 2.000,- untuk seikat sayurnya. Prinsipnya bank/unit usaha syariah ini menentukan keuntungan di awal. Keuntungan ini disampaikan di muka ketika akad, jadi pembeli mengetahui dengan jelas dan pasti setiap nominal cicilan yang akan dibayarkan selama periode waktu yang disepakati.
Bagaimana bank/unit usaha syariah menghitung keuntungannya? Mereka punya perhitungan sendiri dengan menetapkan margin untuk menghitung keuntungan. Dalam hal ini, saya memilih produk KPR syariah dari unit usaha CIMB Niaga yaitu PKR iB CIMB Niaga. Dengan tenor 15 tahun, CIMB Niaga Syariah menggunakan margin 9,5% untuk 5 tahun pertama dan 13,99% sisa 10 tahun berikutnya. Marketing KPR-nya, Pak Dedy, sedari awal ketika menghubungi kami, sudah memberikan gambaran nominal cicilan dari bulan ke-1 hingga bulan ke-120 dengan simulasi beberapa plafon pinjaman. Dijamin tidak berubah di masa mendatang, karena tidak terpengaruh suku bunga BI.
Friday, 22 January 2016
Dream Home: Membeli Rumah Baru Lewat KPR
Finally, we are coming through this day.
Akad rumah!
Perjalanan yang panjang dan (sedikit) ribet tapi bukan hal mustahil untuk dijalani. See, berawal dari pengalaman NOL tentang perkreditan akhirnya terlewati juga masa-masa ini.
Special thank to blog-nya mb Tikawe yang sedikit banyak sudah menginspirasi kami di awal untuk belajar tentang KPR, utamanya KPR Syariah, baca di sini.
Sebagai suami-istri yang masih muda belia nan kece dan belum berpengalaman seperti kami :p -bahkan kartu kredit pun kami tak punya- maka belajar dan tidak malu bertanya adalah kunci keberhasilan melewati proses akad rumah. So, what's the steps? Saya mau berbagi pengalaman, dengan menuliskan prosesnya secara umum. Check it out!
Thursday, 31 December 2015
Cerita Tentang I WEAR LEATHER
Setiap melewati rumah mewah di Madiun, saya selalu penasaran kerja apa mereka bisa tinggal di rumah sebesar ini, dengan mobil mewah parkir di halamannya. Begitu juga ketika berkunjung ke Garut, melewati perumahan elite, saya menjadi bertanya-tanya. Di kota-kota kami tak ada perusahaan, jadi tidak mungkin rumah-rumah itu berpenghuni direktur atau manajer. Hingga suatu hari saya tahu, bahwa beberapa rumah makan / cafe dan dealer mobil-motor di Madiun dimiliki seseorang, sebut saja A. Dan papa saya juga yang akhirnya menjawab rasa penasaran siapa pemilik rumah mewah pinggir jalan itu, yang tak lain tak bukan si A ini. Pun ketika di Garut, ternyata penghuni rumah-rumah mewah itu adalah bos dari sebuah merk dodol terkenal di sana.
See?
Bukan manajer atau direktur yang sanggup membelinya, melainkan pedagang. Dari sanalah saya semakin mengerti, mau setinggi apapun jabatan seseorang di perusahaan, mau dia project manager, kepala divisi, atau bahkan board director, selalu ada bos yang memerintah mereka. Sementara, bagi pedagang, sekecil apapun usahanya, mereka sendiri yang memegang kendali semuanya.
Saya lahir dari orang tua pedagang. Mereka hidup dan membesarkan saya dari hasil berjualan bakso. Papa saya orang Cina, kata orang semua keturunan orang Cina berbakat menjadi pedagang. Tapi semua itu have no any related with me. Saya merasa tidak berbakat menjadi pedagang, well I don't really know unless I try. Tapi saya tak punya jiwa pemberani, mengambil risiko, saya lebih takut rugi. Hingga, saya bertemu dengan suami unik. Dia yang sekali lagi mengajari saya berani berbisnis. Memanfaatkan potensi yang ada. Sekali mencoba, saya ketagihan.
And this is now, we present "I WEAR LEATHER". Usaha jaket kulit ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2002-2003an, ketika itu suami memulai dengan berjualan melalui teman-temannya. Hingga tahun 2015, usahanya tak berkembang pesat. Maka dari itu saya mencoba mengemasnya kembali dengan lebih menarik. Secara istrinya ini adalah penggemar olshop yang following IG-nya mayoritas sista-sista berbisnis maka saya berniat mempublikasikan jaket kulit ini via Instagram.
Setelah persiapan yang tidak sebentar tapi tidak juga bertele-tele, akhirnya akhir tahun 2015, saya resmi me-launching merk baru produk kulit "I WEAR LEATHER". Apa yang saya lakukan belum tentu berhasil tapi sejauh saya tidak berani mencobanya saya tahu pasti saya gagal sebelum berjuang.
Saya dan suami, bertekad, suatu hari nanti kami bisa mengembangkan bisnis yang lebih besar dan maju. Membuka lapangan kerja untuk orang lain. Kami punya mimpi mau hidup santai -bangun siang tidur petang- sambil ditemani anak cucu, tanpa harus berjibaku lagi dengan kemacetan setiap pagi, menunggu waktu gajian akhir bulan, sibuk membangun usaha orang lain. InsyaAllah.
---
So finally, readers, check it out
https://instagram.com/nanabinhariyati
https://instagram.com/nanabinhariyati
Our best quality of real leather, "I WEAR LEATHER" is ready to support you looked a man. Classy, cool and fabuluous.
Wednesday, 23 December 2015
Dream Home: Rezeki dan Kemuliaan Allah
Siapa yang percaya kekuatan-kekuatan lain di luar ikhtiar manusia? Mulut mungkin percaya tapi kadang hati memungkiri. Sudjiwo Tedjo, seniman antik yang khas dengan gaya tulisan nyentriknya, pernah berceloteh bahwa mengkhawatirkan besok makan apa saja sudah bentuk menghina Tuhan. Kasar tapi ada benarnya. Kita sebagai manusia, kadang tanpa disadari, sibuk mengkhawatirkan soal rezeki, menyimpan iri dengki, berbuat curang, bahkan mengerjakan hal-hal yang tidak halal atas nama rezeki, padahal Allah SWT jelas-jelas menjanjikan kecukupan rezeki. Ujian iman memang kadang tipis tak terasa tapi nyata.

Setelah menikah, saya belajar banyak dari suami tentang "keimanan". Salah satunya, mengimani segala sesuatu yang sedang kita lakukan, pintakan ridho Allah dan percayalah semua akan berjalan indah.
Kembali soal rumah, orang yang mengenal saya pasti tahu saya bukan orang yang berani ambil risiko, sering ragu takut rugi. Dan inilah kenekadan pertama saya. Membeli rumah tanpa modal uang besar. Tapi kami sangat yakin doa dan ikhtiar kami akan menjodohkan kami dengan rumah ini. Dan mulai dari sinilah berbagai kemuliaan Allah terjadi.
Percaya tidak percaya, hingga sekarang kami sanggup memenuhi cicilan DP bulanannya. Tipsnya: menyisihkan langsung gaji kami berdua di rekening berbeda. Di tulisan lain, nanti saya akan share "manajemen keuangan rumah tangga ala Nana", karena akan panjang dan ribet khas saya. Hihihi.
Subscribe to:
Posts (Atom)