Pages

Thursday 8 January 2015

Cerita Dari Balik Kios Kebun Sayur

Hari ini alhamdulillah bisa pulang sore, ga lembur malem. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di mess setelah beberapa hari terakhir cuma tidur tidur tidur.
Sehabis mandi dan bersih-bersih, makan gado-gado sambil baca koran Kaltim Post. Satu halaman full dengan headline "Tiga Jam Empat Blok Ludes". Saya pun teringat pagi di tanggal 06.01.15 menerima broadcast message, Kebun Sayur kebakaran. Hanya sambil lalu saya membacanya, oh oke.
Namun begitu melihat foto pasca kebakaran yang dimunculkan di koran hari ini, hati saya terenyuh. Saya mendadak ingat memori periode cuti terakhir saya. Untuk pertama (dan mungkin yang terakhir kali) saya jalan-jalan dengan tujuan utama belanja oleh-oleh khas Kaltim di Pasar Inpres Kebun Sayur.
 
Setelah berputar-putar memilah milih kios, -belanja memang keahlian khusus wanita- berhentilah saya di sebuah kios dengan pilihan kain yang paling bervariasi. Penjualnya cukup ramah dan menyenangkan untuk diajak berdiskusi, seorang gadis muda yang kecantikannya khas orang sana, kecil mungil putih manis.
Sesaat setelah menentukan pilihan kain, pergilah gadis itu mengukur kain. Saya ditemani gadis lain yang mungkin masih adiknya. Lalu muncullah seorang anak kecil lucu cantik imut, memanggil kakak pada penjaga kios ini. Dilihat dari tinggi besar anak itu seusia SD kira-kira.
Anak lucu itu rupanya sedang diajari cara berdagang oleh kakaknya, diajarkan jenis-jenis kainnya, pilihan harganya, hingga cara menawarkan barang jualannya. Anak gadis ini bahkan sempat menyodorkan kursi untuk saya melihat saya menunggu cukup lama sambil berdiri. Saya dekati kemudian bertanyalah padanya: "Adek kelas berapa sekarang?", lalu dengan polosnya dia menjawab "Ngga sekolah kak."
Sedetik lidah kaku, terpaku mendengar jawabannya. Kakaknya kemudian menjelaskan bahwa di keluarga mereka memang sejak kecil dididik untuk meneruskan usaha turun temurun berdagang di Kebun Sayur.
Sedih hati saya. Haru. Ya Allah, harusnya anak sekecil itu menikmati masa mudanya belajar di bangku sekolah. Tak apa dia belajar berdagang membantu kakak-kakaknya di waktu senggang, tapi tetap kewajiban utamanya bersekolah harus dipenuhi.
 
Kembali ke berita kebakaran di Pasar Inpress Kebun Sayur di awal tahun 2015 ini, saya tak membayangkan bagaimana nasib keluarga mereka-mereka yang kenyang perutnya bergantung pada penghasilan sehari-hari di Kebun Sayur. Kios ludes jelas kerugian yang ditanggung pasti besar.
Semoga keadaan mereka segera kembali pulih, dikuatkan dan mendapat yang terbaik dari musibah ini.
[Oiyaaa kalau belanja di pasar tradisional, usahakan jangan menawar terlalu kejam, itung-itung membagi rezeki untuk orang lain yang membutuhkan]

No comments:

Post a Comment