Pages

Thursday 26 February 2015

Waspadai Penyakit Hati

Kamis, 26 Februari 2015
---
Hari ini dari pagi sampai sore insight-nya saling berhubungan, mungkin memang itulah yang sedang Allah tunjukkan pada saya sekarang.
 
Pagi, tema P5M di Moco Section (yang pasti lebih dari 5 menit, ngga sesuai judulnya sama sekali) adalah "menghindari sombong hati". Akhir-akhir ini topik P5M memang sedikit berat tapi 'bergizi', jadi pasti dilahap habis.
 
Sombong dan perasaan sejenis itu adalah salah satu dosa yang kadang tanpa sadar kita lakukan. Mengembalikan niat hanya untuk ibadah pada Allah itu yang lebih sulit. Semua dari kita yang ikut P5M saat itu sepakat kita tak punya apa-apa untuk disombongkan, tak sedikit pun. Keberhasilan dan segala sesuatu yang kita raih adalah karena seizin Allah, jadi apa yang harus disombongkan? Perasaan sombong ini punya cabang dalam bentuk riya dan dengki, ketiganya adalah penyakit hati, section head saya pernah mengingatkan dalam sesi personal contact dengan beliau, bahwa kita harus waspada dan berusaha menghindari penyakit tersebut. Sayangnya, kadang rasa-rasa itu tak terlihat, terjadi sebelum kita menyadarinya.

Saya sering merasa takut apa yang saya lakukan sehari-hari tercampur perasaan-perasaan ingin dipuji, merasa lebih, mendapat pengakuan dan sejenisnya. Apalagi di era social media yang sudah tak terbendung lagi efek dominonya. Saya terpaksa mengamini pernyataan seorang kawan bahwa socmed belum memberinya lebih banyak manfaat daripada pengaruh buruknya. Dia merasa belum bisa bijak bersosialisasi lewat aplikasi-aplikasi di handphone mahalnya itu. Saya pribadi masih keukeuh mempertahankan beberapa personal account atas nama tali silahturahim dan menutup sebagian lain yang saya rasa lebih banyak efek negatifnya (sebut saja, Facebook).
 
Menjelang sore di hari yang sama, saya belajar dari seorang senior kerja (atasan lebih tepatnya) yang sedang site visit ke sini tentang pujian. Dalam memuji orang pun kita harus berhati-hati, jangan berlebihan karena bisa membuat orang tersebut menjadi sombong, niatnya tidak lagi ikhlas, tersisipi rasa bangga pada diri sendiri. Beliau bercerita, bahwa pada jaman Nabi Muhammad, dikisahkan ketika Nabi Muhammad menasehati seseorang yang saat itu sedang memuji berlebihan kawannya secara langsung di depannya, kata beliau "Sungguh kamu telah mematahkan tulang punggung lelaki itu.” mematahkan tulang artinya seperti mencelakan orang tersebut, sungguh disayangkan bukan jika pujian baik justru berujung pada hal tidak baik.
 
Seorang teman lama tiba-tiba datang, dan ketika saya ceritakan tentang keresahan ini, dia berpesan, mudah caranya ingat Allah saja, lalu awali apapun dengan bacaan ta'awudz dan basmallah. 


Tulisan ini saya persembahkan untuk pengingat diri saya sendiri, bukan untuk memancing pro kontra (tentang socmed misalkan) atau menyindir seseorang :)

No comments:

Post a Comment