Pages

Thursday, 28 May 2015

Cerita Ustadz di Suatu Siang

Mumpung saya ingat, dan saya belum sempat menulisnya. Sabtu 23 Mei 2015, setelah sholat dzuhur berjamaah di Masjid Office BIU1, ustadz baru (yang masih muda dan cakap) itu memulai ceramahnya. Salah satu yang saya sukai dari kehadiran ustadz baru di masjid office ini adalah, setiap hari ada cerita yang Beliau sampaikan, entah 15-20 menit tapi lumayan untuk menyegarkan rohani. Hari itu, dia mengawali cerita tentang seorang guru mengaji yang sedang mengajar muridnya anak-anak kecil membaca surat Al-Fathihah. Sampai di bagian:

"... shiratalladzina an’amta alaihim ... "

Muridnya tidak bisa melafalkan "alaihim", berulang kali diulang, mereka membacanya "alaihin". Sampai pada akhirnya sang guru kesal, dan mengatakan dengan keras, "baca alaihim yang terakhir sambil mingkem". Muridnya betul mempraktekkan apa yang gurunya minta tapi justru semakin salah, karena mereka melafalkannya menjadi "alaiheeemmm".


Ilustrasi cerita tersebut dimaksudkan sang ustadz untuk menggambarkan bahwa dalam mengajar atau menasehati seseorang, harus disampaikan dengan cara ramah bukan marah. Beliau melanjutkan dengan kisah-kisah Nabi Muhammad ketika berdakwah di tanah musuh seperti apa, bagaimana cara Nabi membawa kasih dalam penyampaiannya. Bahkan ketika orang yang dinasehatinya semakin membencinya, Nabi bersabar dan tetap lembut penuturannya. Jadi apalagi kita manusia, yang mungkin sedang menasehati sesama saudara kita, tidak sepatutnya dilakukan dengan cara kasar.

Akhir dari sesi itu, ustadz berkata, dan ini bagian favorit saya (kalimat berikut sudah mengalami penyesuaian gaya saya menulis, mohon dimaklumi)

"Diri kita pribadi ini bukan malaikat yang hari ini baik besok juga tetap baik, dan orang yang kita nasehati bukan setan yang hari ini jahat besok juga tetap jahat, karena kita sama-sama manusia yang imannya masih naik turun, maka saling belajar dan saling mengingatkan tanpa menghakimi itu lebih baik"

Dia sempat pula menceritakan kisah-kisah orang yang dulu begitu baik sholeh, namun menjelang ajalnya dia membuat murka Allah, apakah surga untuknya? Lalu ada seorang penjahat yang sehari-hari berbuat buruk, tapi pada kisah akhirnya dia ingin sekali bertobat, beriman dengan yakin pada Allah, apakah surga untuknya?

Tugas manusia bukan menentukan siapakah yang pantas menghuni surga, karena itu mutlak ridho Allah. Kita, hanya harus terus berusaha, agar Allah ridho pada hidup kita.

2 comments:

  1. Assalamu'alaikum...

    Masya Allah.... Ini semua sudah kehendakNya..
    Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka berusaha untuk mengubahnya
    Allah tetap akan menutup hati manusia yang tidak mau mengikuti perintahNya

    Selamat Nana...
    Aku terharu baca perjalananmu
    Aku ikut bahagia....satu temanku akan ikut berlomba menuju surgaNya

    Salam buat dede' kecil yach..

    Tika
    Ex adaro
    Resign oktober 2015

    ReplyDelete
  2. @MbakTika
    Waalaikumsalam
    Mbaaak maaf bru balesin komen2 blog. Makasih udh "nyasar" ke mari. Alhamdulillah mbak, doanya yaaa mbak, smoga istiqomah. Mbaaak tika apa kbr skrg? Domisili dimana mb?

    NN
    Ex kide
    Resign voluntary Des 2015 =D

    ReplyDelete