Pages

Thursday 16 July 2015

Book Review: Rembulan Tenggelam Di Wajahmu

Ah kembali lagi buku Tere Liye menarik hati saya untuk dibaca dan ditulis ulang review-nya. Saya jatuh cinta pada "khayalan" Tere Liye dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan hidup.
 
Kesan pertama buku ini: ah kisah cinta picisan sepertinya, judulnya terlalu biasa. Tapi sekali lagi saya tertipu tampilan luarnya, buku ini jelas berbeda dari novel kebanyakan. Ia menceritakan tentang proses mencari tujuan hidup, menyiapkan kematian, menerima musibah, dan manfaat baik lainnya yang dibungkus rapi melalui cerita-cerita tokoh utama, Reihan atau Rey #spoiler.
 
Buku ini menggunakan alur maju mundur, lompat dari satu timeframe ke timeframe lain, kadang bahkan menceritakan tokoh lain dengan setting tempat yang sama di waktu yang berbeda. Harus jeli. Tapi semua itu justru menyenangkan, membuat kita menebak-nebak potongan puzzle yang cocok untuk merangkai satu gambar utuh. Begitu pula buku ini menceritakan sepotong-potong kisah untuk satu rangkaian cerita besar yang mengandung banyak jawaban hidup.
 
Sejujurnya saya sempat mendesah kecewa ketika menemukan setting salah satu cerita yang mirip adegan film India berjudul Mohabatten, dengan latar bangsal rumah sakit, perempuan-pria, anak-anak, dan balon. Di akhir buku, kisahnya berjalan cepat, sekian tahun kemudian, sekian tahun berlalu, tak terasa berjalan tahun-tahun berikutnya, dan kalimat sejenis yang menunjukkan adanya percepatan cerita.
 
Buku ini sebenarnya sangat religius namun tak kentara karena tidak menuliskan satu ayatpun secara terang-terangan seperti buku genre religi lainnya. Buku ini menceritakan tentang proses seseorang menemukan jawaban tentang keberadaan Tuhan, mendeskripsikan hubungan manusia dan Tuhan sebagai pusat dari segalanya, yang seringkali dirasa bertanya-tanya mengapa takdir hidup begini dan begitu. Jawaban hidup PASTI dijawab olehNya, tapi mekanisme jawabannya berbeda-beda cara dan waktunya.
 
Jika disuruh memberi rate pada buku ini, saya mimilih 4 out of 5 stars. It's worth!
dok. pribadi @nanabinhariyati

No comments:

Post a Comment