Pages

Saturday, 30 April 2016

Movie Review: Ada Apa Dengan Cinta 2

Ini kali pertama saya menulis review sebuah film. Bukan apa-apa sih, karena sampai sebelum ini saya belum menemukan film yang menggugah saya untuk menuliskan review-nya. Tapi ini beda, sebuah film legendaris yang part 1 -nya bahkan dimulai 14 tahun yang lalu.

Apa lagi kalau bukan, Ada Apa Dengan Cinta (AADC) (!)
Film Indonesia yang mampu menjadi "trendsetter" dan ditonton jutaan rakyat Indonesia, diulang-ulang pun bahkan tak bosan. Berlebihan? Tidak, menurut saya karena kenyataannya memang berkata seperti itu. Lihat saja rekor dua juta penonton dalam 8 hari diraih AADC 2. Animo masyarakat tak surut untuk menyaksikan kembali kisah cinta Rangga-Cinta.

Tokoh pasangan Rangga-Cinta ini tak ubahnya seperti Galih-Ratna "Gita Cinta SMA" di era 70'an dan Jack-Rose "Titanic" atau Romeo-Juliet karya Shakespeare yang kemudian di-film-kan. Setelah cerita berakhir "menggantung" di akhir AADC1 dengan scene ciuman perpisahan Rangga-Cinta, Rangga berangkat ke New York, menjanjikan kehadirannya kembali di satu purnama berikutnya.
Nyatanya? AADC 2 menjawab penasaran para penonton itu 14 tahun kemudian.

Saya tidak hendak membocorkan spoiler ceritanya, saya tahu betul menonton tidak akan asyik ketika kamu sudah menduga jalan ceritanya. Walau saya bukan orang film, tapi selera saya cukup bisa dipertimbangkan haha.


Mirles dan Riri Reza cerdas sekali mengemas keseluruhan paket AADC 2. Dengan cerita yang tidak terlalu komplek karena mentok tidak bisa dikembangkan lagi (menurut saya), maka mereka meng-eksplor hal lain yang tidak kalah menarik untuk ditampilkan dalam durasi waktu 1,5 jam itu. Selain berkutat pada cerita "masa lalu" masing-masing tokoh, AADC 2 menawarkan kesegaran dalam dialognya, serta konsistensinya melibatkan puisi dalam rangka film. Puisi-puisi Rangga dalam film ditulis oleh Aan Mansyur, kamu bisa berkunjung ke blognya huruf kecil untuk menikmati tulisan-tulisannya atau membeli bukunya, Tidak Ada New York Hari Ini, salah satunya.

Selain seni puisi, AADC 2 menawarkan kehangatan kota Yogyakarta. Pilihan sangat tepat mengingat Jogja adalah kota seribu kenangan. Ramah dan indah. Dan yang paling membuat saya salut, kesenian lokal yang dibawanya dalam adegan-adegan AADC 2 itu jenius sekali. Tidak cuma satu, tapi banyak.

Pagelaran Seni Rupa Eko Nugroho
Tujuan Cinta ke Jogja, selain reunian dengan sahabat-sahabatnya semasa SMA, adalah menyelenggarakan pameran seni instalasi dalam bentuk patung, lukisan, dan karya lain. Eko Nugroho bukan tokoh fiktif, beliau seniman sungguhan yang punya galeri DGTMB Shop di Jogja. Kiprahnya di dunia seni akan membuat kamu merinding membacanya.

Pementasan Teater Boneka Papermoon Puppet
Saya ikut berkaca-kaca melihat sedikit adegan teater boneka dari Papermoon Puppet. Begitu selesai menonton, boneka inilah yang saya cari infonya di Google. Dan amazingly, prestasi Papermoon Puppet ternyata sudah mendunia. Ditampilkan dalam berbagai event di dalam maupun luar negeri, di gedung maupun di jalanan. Cerita yang ditampilkan dalam AADC 2 adalah penggalan kisah "Secangkir Kopi Dari Playa" kisah nyata mengharukan tentang cinta tak sampai antara dua insan manusia.

Musisi Lokal Rap Hingga Jazz
Ada beberapa scene geng Cinta menikmati malam di cafe dan bar yang menyuguhkan musik. Musik di sini dikemas dominan sehingga bisa dinikmati penonton juga. Dinyanyikan lagu hiphop jawa "nggir ra minggir tabrak" yang unik oleh Kill The DJ. Ada pula Mian Tiara dengan syahdunya menyanyikan "Disapih" dalam cafe performance-nya. Ia seorang indie jazzy singer, yang lagunya cukup banyak, meski saya baru pertama kali mendengarnya tapi saya jatuh cinta pada alunan nadanya.

Klinik Kopi Ala Pepeng
Rangga-Cinta menghabiskan malam, salah satunya dengan ngopi. Lokasi coffee shop-nya bukan settingan, benar-benar ada dan unik. Dialah Pepeng, orang yang mendedikasikan hidupnya untuk meracik kopi lokal dengan tujuan mulia yaitu: meningkatkan kesejahteraan petani kopi. Klinik Kopi, itu nama lokasinya. Kamu bisa searching untuk tahu lebih banyak. Asal usul biji kopi hingga proses pembuatannya ditampilkan menjadi bagian film yang menarik. Riri tidak mengesampingkan detil-detil sejarah seni yang diangkat dalam film tersebut. Keren!

Selain seni, AADC 2 menampilkan indahnya Jogja lewat spot-spot cantik di Istana Ratu Boko, Punthuk Setumbu, Gereja Ayam -yang kelihatan serem daripada romantis menurutku- di Bukit Rhema, dan Pasar Tradisional di Kota Gede. Saya yakin, tempat-tempat itu akan menjadi lebih ramai -kekinian- setelah AADC 2 ini. Terakhir, urusan perut pun ditampilkan cukup detil dalam skrip. Makanan-makan khas Jogja tak luput dipamerkan, seperti: gudeg, sate klathak, nasi campur.

Paket komplit kan? Saya bisa memaafkan beberapa adegan awkward antara Rangga-Cinta, dan ke-klise-an akhir ceritanya, karena keseluruhan tampilan AADC 2 begitu mempesona. Jadi, apakah film ini pantas untuk ditonton? Yes, indeed! You should watch it by your self and enjoy!


No comments:

Post a Comment