Tulisan ini mungkin akan panjang. Secara khusus saya tuliskan tentang anak kedua kami, Jasmine Farra Medina. Dulu saya bisa begitu rajin menulis banyak hal dan perkembangan si kakak setiap bulan, jadi "maafkan mommy ya dek", karena baru sekarang mendokumentasikan kehadiranmu lewat tulisan.
Nama Jasmine Farra Medina, dipilih daddy dengan makna, Jasmine adalah istilah untuk bunga melati putih harum yang mudah tumbuh dan ditemukan di mana saja, Farra si cantik nan gembira, dan Medina, salah satu kota suci tujuan ibadah umat Islam yang masih ada hubungannya dengan mengapa kami memberi nama Mecca di anak pertama kami.
Baca: Naifa Shareen Mecca
Harapan kami, dia akan tumbuh menjadi anak yang cantik dan bahagia, ramah dan mudah bergaul dengan siapapun.
---
Kehadirannya memang tak terduga, dan sejujurnya tak diharapkan, sungguh kufur nikmat bagi kami karena tak mensyukurinya. Saat itu, kami masih struggling dalam membesarkan anak pertama hanya berdua, nyaris tanpa bantuan siapapun. Semuanya nampak mulai berjalan lancar, ideal, hingga pada akhirnya saya mendapati diri ini hamil anak kedua, yang saat itu usia kehamilannya sudah masuk bulan kelima. Bayangkan betapa kuatnya kamu Adek Jasmine, karena saat mommy mengandungmu, kami sedang renovasi rumah dengan segala keribetan dan ketidaknyaman itu, sambil membesarkan si kakak sendirian, kendaraan pun hanya ada satu yang dipakai daddy ke kantor, jadi kalau belanja saya harus jalan kaki ke warung seberang cluster. Boro-boro mengasup vitamin kehamilan, saat itu karena baru ketauan di trisemester kedua, saya tidak terlalu menjaga gizi makanan yang masuk. Namun pada akhirnya kamu tetap kuat bertahan, dan lahir sehat normal. Alhamdulillah.
Memang kamu lahir tak sebesar kakak, berat lahir kamu cukup di 2.75 kg dengan panjang badan 47 cm. Di awal kelahiran, kamu sempat mengalami "kuning", bilirubin di atas normal, yang mengharuskan kamu mendapat perawatan intensif di ruang khusus fototerapi selama 3 hari.
Banyak sekali hal baru yang terjadi pada adek Jasmine. Pengalaman menyusui adek juga ternyata tidak semulus perjalanan ASI kakaknya, karena dia mengalami tongue tie yang harus di-inisisi karena sudah dalam tahap mengganggu. Selain itu, di pangkal punggung adek juga ada benjolan lemak, yang sampai sekarang saya menulis ini masih ada. Sudah dua kali dibawa ke dokter bedah anak, kata beliau bukan masalah apa-apa, wait and see saja sambil melihat pertumbuhannya, diharapkan bisa mengecil dan hilang dengan sendirinya seiring usia berjalan.
Tidak hanya fisik, tapi membesarkan anak kedua memang challenging di bagian tidak seharusnya membandingkan dengan anak pertama. Saya berupaya keras untuk tidak melakukannya, karena saya tahu dampak buruknya, saya dan adek saya tak pernah cukup dekat karena tak ada ikatan emosi baik di antara kami, pola asuh saling dibandingkan membuat kami tidak menyukai satu sama lain.
Sebenarnya selalu ada kesempatan untuk membandingkan, ketika dulu kakak begini, adek mengapa begitu dan seterusnya. Saya menyadari penuh bahwa sejatinya tiap anak diciptakan berbeda, bahkan pada anak kembar sekalipun. Namun prakteknya, saya selalu remidi. Melakukan kesalahan yang diulang-ulang. Begitulah fakta yang terjadi ketika orang tua tidak mempersiapkan lahir dan batin pada kelahiran seorang anak. Sampai detik ini, kami masih berusaha, berbuat adil dan baik pada keduanya, bersikap netral tanpa membandingkan.
Pesan sponsor: jangan ragu untuk pasang KB sesegera mungkin agar bisa mengatur jarak kehamilan dengan optimal, karena setiap anak berhak mendapat perhatian totalitas dari orang tua-nya. :)
Balik lagi tentang anak kedua kami, Jasmine.
Alhamdulillah dia tumbuh cantik, lucu, menggemaskan. Lebih aktif dan penasaran hal-hal baru, lebih tomboy juga gayanya hahahaha. Tentu ada banyak hal yang juga membuat kami belajar sabar, karena kemampuan tiap anak pun berbeda dalam menangkap instruksi, milestone-nya berbeda.
Di tulisan sebelumnya, saya sempat menyebutkan bahwa kehadiran anak kedua ini mengubah saya begitu banyak. Pada saat ini ditulis, saya sedang berusaha mengatasi emosi saya. Saya menjadi orang yang pesimitif, tak punya passion berkarya atau bahkan sekadar beraktivitas. Tapi suami saya selalu bilang, saya harus yakin dan sabar, Allah menitipkan anak dengan tujuan baik, dengan keyakinan bahwa kami sanggup. Jadi mari kita jalani bersama-sama ya Adek Jasmine, sama-sama belajar memaknai kehidupan ini.
Next PR saya menulis tentang Sibling Rivalry.
No comments:
Post a Comment