Pages

Monday 8 June 2015

Menikah? Ibadah, Amanah, Anugerah.

Rasanya seperti mimpi, saya menulis di sebelah seorang pria yang sedang tertidur pulas.

Setiap detil cerita kami berlalu begitu cepat, tapi ini nyata, buktinya saya bisa mendengarkan suara nafas tidurnya sekarang hahahaha.

Menikah dengannya adalah anugerah terbaik yang Allah berikan untuk saya. Siapa sangka seorang Farid Fawwaz Ikbar akan menjadi suami saya, orang yang tak pernah (dan tak mau) saya kenal sebelumnya. Dalam empat bulan setelah perkenalan pertama, sekarang tiba-tiba menjadi pendamping saya. Saya selalu tak bisa menahan air mata ketika mengucap alhamdulillah untuk anugerah ini. Allah begitu baik, sangat baik, menghadirkan sosoknya dalam hidup saya. Bagian yang membuat saya menangis bahagia di kalimat dzikir tersebut adalah Allah masih mau memberi kesempatan pada orang seperti saya, yang banyak melakukan dosa di masa lalunya. Subhanallah.

Saya selalu berdoa padaNya, ridhoi hidup saya ya Allah, tuntun saya terus senantiasa menjadi orang yang beriman, sekeras apapun caranya, seberat apapun jalannya, saya ingin tetap di sini. Saya pikir inilah kemudian cara Allah menjawab doa saya. Sejak akhirnya saya menyetujui untuk mengenal Farid dan mengizinkannya bertandang ke rumah, niat saya adalah karena Allah, demi Allah, untuk Allah. Saya yakin dia akan menjadi imam sekaligus pembimbing untuk saya, karena itulah yang utama saya butuhkan. Saya masih tak mengerti mengapa Farid dengan sangat yakinnya ingin menikahi saya bahkan di hari kedua kita berkenalan. Tapi saya mensyukuri itu, terimakasih ya Allah. Tak habis pertanyaan untuk mempertanyakan bagaimana kami bisa bersatu saat ini, yang kami yakini adalah kami memang berjodoh, insyaAllah.

Detik-detik ijab qobul -yang tidak biasa- kemarin masih terasa suasana haru, tegang, dan bahagianya. Allah melancarkan semuanya, alhamdulillah.

Kalau ditanya apa bahagianya menikah? Maka saya yang belum ada 2 hari menikah, cuma bisa menjawab, kamu punya teman mengobrol di atas tempat tidur, berbagi segala rasa, tanpa takut dosa, justru bernilai ibadah.

Percayalah, perjalanan setelah menikah memang tidak akan mudah, justru ini adalah sebuah amanah. Saya harus berusaha menjadi istri yang taat pada suaminya, Farid berusaha menjadi suami yang bertanggungjawab di mata Allah untuk istrinya.

Kita sama-sama belajar sebagai bentuk syukur untuk anugerah terindah hadiah dari Allah, yaitu menikah.

You got the point yet? No?
Maka beranilah untuk menikah dan rasakan sendiri. Kata Farid, menikah itu tidak berat, yang berat hanya satu, di awal ketika akan memutuskan menikah. First step is always the hardest :)

Terimakasih untuk semua doa dan ucapannya, semoga yang mendoakan dipermudah jalannya dalam menemukan jodoh.
Farid-Nana

2 comments:

  1. Barakallah..


    Selamat,na.. sukses selalu.. keep amaze the world..

    *tetiba search namamu di mesi pencari terus baca-baca*

    ReplyDelete
  2. Nanaa.. aku suka kalimat terakhirmu, "First step is always the hardest".
    Subhanalloh..
    selamat ya nana..
    Semoga nana dan suami bisa menjdi keluarga yang sakinah , mawadah, warrahmah.
    Langgeng selamanya sampai maut yang memisahkan.
    Seneng banget denger kamu menikah, nanaa..
    Jodoh itu memang bener bener misteri yaaa..
    subhanalloh..
    selamat selamat selamat *hug

    ReplyDelete