Pages

Thursday 28 May 2015

Catatan Kecil Untuk Kamu Versi Saya

Heran saya, ada saja yang tidak kita sepakati dalam mengobrol. Kali ini, bicara tentang mengikuti perkembangan zaman. Diawali dari statement saya bahwa perempuan yang bisa pakai rok panjang kemana-mana bahkan ketika naik gunung itu keren. Salut saya. Sementara dia menyatakan, itu hal biasa. Very basic. Sudah seharusnya seorang perempuan memang menggunakan rok dimanapun dia berada, "apanya yang keren", begitu pikirnya. Tidak salah memang pernyataannya, sebagaimana syariat Islam mengajarkan seorang perempuan menutup auratnya bahkan lekuk-lekuk tubuhnya dengan pakaian yang sopan, tertutup, asumsinya dengan menggunakan rok lebar maka tidak akan membentuk bagian tubuhnya. Tetapi di era saat ini, di mana yang seharusnya justru sudah pudar, maka ketika ada orang yang berani berbeda dari kebanyakan itu sudah keren menurut saya. Dia berani menjadi beda. Sama halnya dia, kawan aneh, yang saya sebut 'aneh' karena dia bisa menjadi orang berbeda. Aneh, dalam artian konotasi positif. Tapi bagi dia, itu tetap tidak masuk akal, menyandangkan gelar keren untuk hal yang sudah seharusnya dilakukan.

Dari obrolan itu, entah bagaimana sambungannya, tiba-tiba dia menyalahkan saya dan kebanyakan orang jaman sekarang yang terlalu uptodate.
Ramai-ramai mengikuti perkembangan tren agar bisa diterima baik padahal menurut dia menjadi berbeda pun juga tidak membuatnya ditolak masyarakat. Saya bingung menjelaskannya, dari sana saya kemudian menulis ini. Saya lebih bisa mengungkapkan isi pikiran lewat tulisan ketimbang berbicara langsung. Iya itu kelemahan saya, salah satu dari sekian banyak yang saya miliki.

Kembali ke topik awal, dengan menyatakan bahwa orang menjalankan standar seharusnya itu keren, maka pola pikir saya jadi terbatas, "standar minimal kok sudah dibilang keren". Saya mulai 'panas' disebut begitu. Bagi saya, status keren yang saya berikan ke mereka adalah bentuk penghargaan untuk orang-orang yang berani berbeda. Tidak salah kan menghargai usaha mereka, meski itu hanya hal kecil, yang dia sebut baru standar minimal?

Lalu dia melanjutkan, menurutnya pola pikir seperti saya ini karena saya terlalu mengikuti teknologi, terbawa arus. Saya bilang, mengikuti perkembangan teknokogi jelas tidak salah, teknologi toh adalah bagian dari peradababan manusia. Masa kita mau hidup kuno terus menerus? TAPI memang tidak semua efek teknologi dan tren itu positif. Di sini fungsi filter manusia secara individu.

Saya tidak akan terima kalau dia menyebut saya ikut tren sampai akhirnya membuat nilai saya jadi minus. Saya masih dalam batasan, menurut saya (bisa jadi orang menganggapnya berbeda, salah satunya mungkin dia). Saya menyukai perkembangan teknologi walaupun saya tidak selalu bisa menikmatinya karena tidak sanggup membelinya, tapi saya salut manusia dengan anugerah otak yang Allah berikan mampu menciptakan inovasi berharga dan bermanfaat. Saya menyukai (beberapa) social media, -sesuatu yang justru dia tidak sukai-, karena socmed mendekatkan saya dengan teman, sahabat, dan keluarga jauh saya. Sampai saat ini, saya paham batasan bahwa jangan sampai socmed itu malah menjauhkan yang dekat, semoga saya masih dalam batas wajar. Selebihnya tren yang menyangkut tampilan luar (ex: fashion, hairstyle, make up) atau hal duniawi (ex: batu akik, kata gaul, games) dan sejenisnya, saya menganggap diri saya tidak perlu mengikutinya. Saya tahu mana yang penting dan tidak penting dari semua yang beredar di masyarakat jaman sekarang.

Jadi, kamu, iya Farid Fawwaz Ikbar. Begitu isi pikiran saya. Orang-orang seperti kamu, atau teman-teman saya lain yang bisa menjadi 'berbeda' karena berpegang teguh pada prinsip itu KEREN! Tapi bukan berarti standar berbeda saya jadi turun ya, orang yang bisa berbuat lebih juga jauh lebih keren. Menjadi baik itu sebuah proses kan, tidak ada batas maksimalnya.

Sudah itu saja, i wonder sampai berapa kali lagi kita akan terus berdebat ya. Dan oiya satu lagi, kadang dalam diam saya bukan artinya saya tidak mau menyelesaikan masalah, tapi itu hanya butuh waktu saja untuk mengeluarkannya, entah lewat obrolan langsung atau tulisan semacam ini. Saya akan terus berusaha untuk membuat proses penyampaiannya lebih cepat. Dan tolong belajarlah juga untuk tidak cepat kesal dan marah ketika saya diam.

Big thanks, you are my best partner in crime.

No comments:

Post a Comment