Ini kisah perjuangan pertama kami.
Mulai sekarang mungkin saya harus lebih sering menulis tentang kami, daripada tentang saya atau dia. Kami, artinya segala sesuatu yang menyangkut tentang saya dan dia, bukan masing-masing.
Mulai sekarang mungkin saya harus lebih sering menulis tentang kami, daripada tentang saya atau dia. Kami, artinya segala sesuatu yang menyangkut tentang saya dan dia, bukan masing-masing.
Tinggal di Batu Kajang, dengan jarak tempuh waktu perjalanan darat 5 jam plus perjalanan laut 15 menit sampai 1 jam (tergantung media transport-nya), adalah hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Begitu pula bertemu jodoh di jobsite, hal yang mustahil buat saya dulu. Hal yang sama dia pikirkan juga. Pasti tak terlintas dalam bayangannya sedikit pun, berjodoh dengan perempuan seperti saya. Tapi sekali lagi, jodoh itu misterius, caranya waktunya siapanya adalah misteri Allah yang disimpan hingga Dia ridho memberinya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0D8IeByhUQjd2t7iAyZwhO10kPvgS836Glh9Mv6D31lNghqsWUPGMNAPSvMECgxjNQfI9PPzJVFARGfzKKjhMEOrQuDhMgk-Uzm7XfKXi_QYk2-fJvjzf2nkEvDPu-0Dl0pGMWoexfNo/s200/IMG-20150512-WA0007-1-1.jpg)
Hari Kamis, 14 Mei 2015, serah terima motor dan seperangkat administrasinya: stnk, bpkb, dan yang paling penting kunci motornya, plus bonus helm. Sejak itu, setidaknya kami tak perlu bingung mencari pinjaman motor kalau ingin mencari sesuatu di 'kota'.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjuHEI1poOtr1idorFH2U9dqDEY6d5SbUxNa3sJ_tiyRioydmVfT4L-px4-pbJYNDBdXCwctSCyro9nc00SLLNDb2flMEx0U0zRhfw7f0zOHoUM4FzbDXmSBBkbkkBZTraUhc5Po77rlM/s200/20150514_183133.jpg)
Kami start pencarian hari Senin 18 Mei, saya sampai harus izin turun ke 'kota' menjelang jam istirahat. Malamnya kami masih belum menyerah untuk mencari. Hasil pencarian hari pertama: NIHIL. Komplek rumah baru milik salah satu deputyproject kami, penuh. Padahal baru saja dibuka, dan memang bagus bangunannya meski akses kesananya masih jalan berbatu. Bayangkan yang akses rumahnya tidak cukup baik saja laku cepat disewa, apalagi rumah pinggir jalan, hopeless. Kalaupun ada rumah kosong yang disewakan, lokasinya masuk ke dalam gang dan rumah kayu bukan beton seperti yang kami harapkan.
Lanjut di hari kedua pencarian hingga hari ketiga masih nihil. Kami tak bisa lagi izin di jam kerja, karena masing-masing dari kami disibukkan dengan padatnya aktivitas. Dia dengan audit dan persiapan presentasi untuk workshop meeting minggu depan, saya dengan presentasi untuk penjurian nilai inti dan qcc, belum lagi menyiapkan data vicon yang seminggu sampai tiga kali diagendakan head office, ckckckckck. Semakin lelah.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy8kig3XmCf0S39n_VlWFPTHLT_HMwmnfl-T-9iWVMq7QFgX6Nab4ecS3SR2-3o_M6SpKbbAjg9_ayUxJPHins5kkq9pbZ9ucvYcTAov8nd0p1JJjq44vK50Hh9m4nqZU4Mnz9HAY-3ro/s320/IMG-20150523-WA0001.jpg)
Kami pulang ke mess sore itu, plong rasanya. Meski masih tak percaya, saya sebentar lagi akan tinggal di luar mess bersama seseorang yang sejak dulu tak pernah terlintas dalam angan-angan sekalipun, orang yang kurang dari 4 bulan saya kenal. Semoga rumah sederhana ini memberi kenyamanan (sementara) tinggal di sini, sebelum kami membangun rumah impian sendiri di pulau Jawa.
Cerita ini akan membuat kami mengingat mengapa dan bagaimana kami memulai perjuangan hidup bersama. Kelak, saat kami beranjak tua, membaca tulisan ini rasanya akan menyenangkan.
Ready to fight together!
No comments:
Post a Comment