Pages

Wednesday, 10 June 2020

Tentang Anak Kedua, Adek Jasmine

Tulisan ini mungkin akan panjang. Secara khusus saya tuliskan tentang anak kedua kami, Jasmine Farra Medina. Dulu saya bisa begitu rajin menulis banyak hal dan perkembangan si kakak setiap bulan, jadi "maafkan mommy ya dek", karena baru sekarang mendokumentasikan kehadiranmu lewat tulisan.

Nama Jasmine Farra Medina, dipilih daddy dengan makna, Jasmine adalah istilah untuk bunga melati putih harum yang mudah tumbuh dan ditemukan di mana saja, Farra si cantik nan gembira, dan Medina, salah satu kota suci tujuan ibadah umat Islam yang masih ada hubungannya dengan mengapa kami memberi nama Mecca di anak pertama kami.

Baca: Naifa Shareen Mecca

Harapan kami, dia akan tumbuh menjadi anak yang cantik dan bahagia, ramah dan mudah bergaul dengan siapapun.

---

Kehadirannya memang tak terduga, dan sejujurnya tak diharapkan, sungguh kufur nikmat bagi kami karena tak mensyukurinya. Saat itu, kami masih struggling dalam membesarkan anak pertama hanya berdua, nyaris tanpa bantuan siapapun. Semuanya nampak mulai berjalan lancar, ideal, hingga pada akhirnya saya mendapati diri ini hamil anak kedua, yang saat itu usia kehamilannya sudah masuk bulan kelima. Bayangkan betapa kuatnya kamu Adek Jasmine, karena saat mommy mengandungmu, kami sedang renovasi rumah dengan segala keribetan dan ketidaknyaman itu, sambil membesarkan si kakak sendirian, kendaraan pun hanya ada satu yang dipakai daddy ke kantor, jadi kalau belanja saya harus jalan kaki ke warung seberang cluster. Boro-boro mengasup vitamin kehamilan, saat itu karena baru ketauan di trisemester kedua, saya tidak terlalu menjaga gizi makanan yang masuk. Namun pada akhirnya kamu tetap kuat bertahan, dan lahir sehat normal. Alhamdulillah.

Memang kamu lahir tak sebesar kakak, berat lahir kamu cukup di 2.75 kg dengan panjang badan 47 cm. Di awal kelahiran, kamu sempat mengalami "kuning", bilirubin di atas normal, yang mengharuskan kamu mendapat perawatan intensif di ruang khusus fototerapi selama 3 hari.

Banyak sekali hal baru yang terjadi pada adek Jasmine. Pengalaman menyusui adek juga ternyata tidak semulus perjalanan ASI kakaknya, karena dia mengalami tongue tie yang harus di-inisisi karena sudah dalam tahap mengganggu. Selain itu, di pangkal punggung adek juga ada benjolan lemak, yang sampai sekarang saya menulis ini masih ada. Sudah dua kali dibawa ke dokter bedah anak, kata beliau bukan masalah apa-apa, wait and see saja sambil melihat pertumbuhannya, diharapkan bisa mengecil dan hilang dengan sendirinya seiring usia berjalan.

Tidak hanya fisik, tapi membesarkan anak kedua memang challenging di bagian tidak seharusnya membandingkan dengan anak pertama. Saya berupaya keras untuk tidak melakukannya, karena saya tahu dampak buruknya, saya dan adek saya tak pernah cukup dekat karena tak ada ikatan emosi baik di antara kami, pola asuh saling dibandingkan membuat kami tidak menyukai satu sama lain.

Sebenarnya selalu ada kesempatan untuk membandingkan, ketika dulu kakak begini, adek mengapa begitu dan seterusnya. Saya menyadari penuh bahwa sejatinya tiap anak diciptakan berbeda, bahkan pada anak kembar sekalipun. Namun prakteknya, saya selalu remidi. Melakukan kesalahan yang diulang-ulang. Begitulah fakta yang terjadi ketika orang tua tidak mempersiapkan lahir dan batin pada kelahiran seorang anak. Sampai detik ini, kami masih berusaha, berbuat adil dan baik pada keduanya, bersikap netral tanpa membandingkan.

Pesan sponsor: jangan ragu untuk pasang KB sesegera mungkin agar bisa mengatur jarak kehamilan dengan optimal, karena setiap anak berhak mendapat perhatian totalitas dari orang tua-nya. :)

Balik lagi tentang anak kedua kami, Jasmine.
Alhamdulillah dia tumbuh cantik, lucu, menggemaskan. Lebih aktif dan penasaran hal-hal baru, lebih tomboy juga gayanya hahahaha. Tentu ada banyak hal yang juga membuat kami belajar sabar, karena kemampuan tiap anak pun berbeda dalam menangkap instruksi, milestone-nya berbeda.

Di tulisan sebelumnya, saya sempat menyebutkan bahwa kehadiran anak kedua ini mengubah saya begitu banyak. Pada saat ini ditulis, saya sedang berusaha mengatasi emosi saya. Saya menjadi orang yang pesimitif, tak punya passion berkarya atau bahkan sekadar beraktivitas. Tapi suami saya selalu bilang, saya harus yakin dan sabar, Allah menitipkan anak dengan tujuan baik, dengan keyakinan bahwa kami sanggup. Jadi mari kita jalani bersama-sama ya Adek Jasmine, sama-sama belajar memaknai kehidupan ini.

Next PR saya menulis tentang Sibling Rivalry.

Mengapa Berhenti dan Kembali Menulis?

Dalam situasi pandemi (saya akan menulis secara khusus tentang ini nanti, PR 1), saya merasa lebih stress dari biasanya. Bukannya saya mau self diagnose bahwa saya sedang depresi, tapi nyatanya saya mengalami masa yang berat akhir-akhir ini.


  • Emosi tidak stabil, seringnya tak terkontrol, sehingga mudah marah oleh hal-hal kecil.
  • Mudah sedih, khawatir, menangis tiba-tiba.
  • Tidak punya semangat untuk beraktivitas, biasanya bahkan menonton drama atau baking berhasil mengalihkan kebosanan, kali ini saya benar-benar tak ingin melakukan apapun.


Kasian suami dan anak-anak yang menjadi "korban" ketidakstabilan emosi saya.

Dari beberapa bahan bacaan, saya pahami ada banyak penyebabnya. Tapi kali ini saya mau fokus pada solusi untuk memperbaiki diri. Sebelum harus membutuhkan pertolongan profesional, saya melakukan ikhtiar sendiri terlebih dulu, salah satunya menulis.

---

Saya buka kembali akun blogger ini, banyak onggokan draft yang belum selesai ditulis, atau sudah selesai tapi isinya tak lebih dari shitpost keluh kesah ini dan itu, yang menurut saya tak layak publish. Saya hampir memulainya lagi di akhir tahun 2019 yang lalu, tapi belum bisa sekonsisten tulisan saya di tahun 2014-2016.

Saya berhenti menulis total setelah tulisan terakhir tentang milestone perkembangan kakak Naifa di usia 5 bulan. Dan kemudian seketika memori berputar ke masa-masa itu, mengapa saya berhenti menulis saat itu ya?

---

Saya hamil anak kedua di saat kakak masih berusia sekitar 8 bulan.
Kehamilan yang tidak diduga (mungkin akan jadi tulisan tersendiri kelak. PR 2) yang mengubah saya begitu banyak. Sesungguhnya bisa jadi itu hanya sekadar alasan untuk menutupi kemalasan saya di titik nyaman sekarang.

Jadi pada akhirnya saya berupaya kembali menulis.
Saya ingat perjalanan hidup yang bahkan sedari kecil sudah biasa saya tuliskan, dulu dalam diary cantik bergembok, notes Facebook -yang sudah saya deactivated- hingga blog ini. Tulisan-tulisan inilah yang jadi saksi naik turunnya hidup saya, indah sedihnya momen yang saya lewati, sekaligus cara saya mengasah otak agar tidak berhenti berpikir. Mari kita mulai pelan-pelan lagi ya, Nana.

Monday, 18 November 2019

Kamu Sedang Berdoa Apa Hari Ini?

Alih-alih memindahkan memori selama dua tahun terakhir dan berbagi pengalaman dalam hal mengurus anak, keuangan keluarga, dll di blog, saya sedang ingin menulis keresahan-keresahan hati pikiran ini.

Belakangan ini, keluarga kami sedang bahagia-bahagianya, lebih tenang, beberapa target akhirnya mendapat checklist tercapai, semuanya aman. Anak-anak sedang lucu-lucunya, sehat, ceria. Pekerjaan suami memang masih baru tapi dia suka cerita semuanya lancar, lingkungannya baik. Keuangan keluarga -yang biasanya jadi "momok"- juga lebih santai, dana darurat aman, dana pendidikan sudah mulai, setidaknya cukup untuk kakak Naifa masuk SD. 

Tapi dari semua nikmat yang Allah berikan itu, saya risau, bukan tak bersyukur ya, saya sangat sangat mensyukurinya setiap hari sampai rasanya selalu ingin menangis ingat kebaikan Allah. Namun di sudut hati itu, risaunya masih tak mau pergi juga.

"Gini nih, pernah ngga sih kalian merasa, kalau lagi pas bahagia-bahagianya tuh jadi takut semuanya akan diambil dan kesedihan itu datang?"

Tepat seperti itulah yang saya rasakan saat ini. Katanya hidup bagai roda, selalu ada dua sisi, saya terlalu bahagia sampai rasanya khawatir ketika ujian cobaan nanti datang rasanya akan sedih sekali. Astaghfirullah.

Menyambung ke judulnya.
Saya sekarang setiap berdoa hampir tak lagi meminta sesuatu yang spesifik, karena saya merasa cukup, saya cuma berterimakasih, dan meminta perlindungan.

Saya tak tahu jalan di depan akan seperti apa, saya minta ke Allah untuk dikuatkan apapun yang terjadi nanti, dituntun selalu di jalanNya. Jangan kemana-mana. Dalam keadaan bahagia atau sedih, dalam posisi di atas atau terpuruk, saya berdoa agar selalu diingatkan bahwa semua ini hanya titipan, hanya selewat. Saya takut, ketika saya menjadi orang yang lupa diri, terlalu bahagia sampai lupa berterimakasih, terlalu sedih sampai mengutuk takdirNya.

"Izinkan kami sekeluarga selalu bersama-sama, selama mungkin, dan pertemukan kembali kami di Jannah-Mu ya Allah."

--

Jadi doa kamu apa hari ini?
Jangan ragu meminta. Apapun jawaban Allah atas doamu hari ini, semoga kamu selalu bahagia. 🥰

Monday, 21 October 2019

Yakin Sudah Berserah?

pk00:38 WIB

Masih belum bisa tidur, sudah biasa begadang, jadi orang terakhir yang terlelap.

Apa ya, malam ini cuma mau mengeluarkan isi otak dan hati yang sedang ribut berisik sekali. Saya mau kembali menulis biar lega, kata orang menulis adalah salah satu stress relieve. Ada benarnya juga sih, dulu salah satu obat galau ya menulis hehehe. Plus-nya lagi menulis adalah dokumentasi yang bisa dibaca lagi, diingat lagi detil ceritanya, seru.

Ok, kembali membahas keresahan hati.

Kemarin di twitter ada salah satu akun financial planner yang membahas soal gaji, share anonim pengalaman gaji orang dibumbuin kalimat-kalimat bombastis. Sebenarnya sharing nominal pemasukan ini sudah jadi tren akun-akun berbasis financial di berbagai sosial media belakangan ini. Niatnya sih memotivasi tapi efek terasanya lebih ke perasaan anxiety dan inferior karena ya akhirnya mau tidak mau jadi membandingkan penghasilan yang lebih besar daripada kita. 

Itu satu.

Lalu kemudian, flashback kondisi kami beberapa bulan terakhir yang sedang diuji dengan ditutupnya pabrik tempat suami bekerja, percayalah tak ada yang tak mungkin dalam bisnis, meski bernaung di nama perusahaan besar sekalipun. Satu bulan, itu lamanya kami menunggu jodoh perusahaan baru datang. Alhamdulillah. Sebentar tapi rasanya hari yang kami lewati terasa lama, mengapa begitu? Karena saya tidak berserah. Mulut bisa berkata, "Aku yakin Allah sudah menjamin rezeki umatNya", tapi logika manusia (eh saya ding maksudnya) masih mempertanyakannya, mengkhawatirkannya. Yakin sudah berserah?

Masa itu sudah terlewati, suami sekarang sudah dapat pekerjaan baru, yang semuanya jawaban dari doanya secara spesifik, posisi lebih tinggi, gaji naik, dan lokasi lebih dekat. Semua diberikan sesuai yang diminta, oleh Allah Al Mujiib, yang Maha Mengabulkan. Alhamdulillah. Lalu malam ini saya mengkhawatirkan apalagi? Dasar manusia lemah iman. Iya kamu, Nana!

Jadi ceritanya saya habis baca beberapa artikel tentang resesi di US yang konon diramalkan terjadi tahun 2020. Wow. Lalu mulai merambat ke mana-mana, akibat resesi ini itu, apalagi perusahaan suami bekerja sekarang adalah perusahaan US, akhirnya jadi khawatir, bagaimana kalau begini kalau begitu.

Mana katanya berserah pada rencana Allah? Kurang bukti apalagi nikmat dan rejeki yang sudah sedemikian melimpahnya dari Allah, Ar Razzaaq? Yakin sudah berserah?

Saya, selemah-lemahnya manusia, yang masih mengandalkan kekuatan sendiri, menghitung dengan kalkulator duniawi, sombong dengan logika yang ia punyai.

Tulisan ini jadi pengingat buat saya.
Yakin sudah berserah?

Monday, 30 September 2019

Kembali Menyapa Dunia

Haaaiii gaaaeeesss !
Akhirnyaaaaaa...
Perdana, saya update blog setelah dua tahun lebih meninggalkan aktivitas menulis lho. Rindu sekali rasanya membiarkan otak kembali bekerja merangkai kata, menata memori untuk didokumentasikan lewat kalimat demi kalimat.
Menulis, bukan untuk orang lain, saya yang membutuhkannya, agar tetap waras menjalani hidup. Ini salah satu aktivitas yang menyeimbangkan zen, buat saya ya, tiap orang bisa berbeda. Saya -yang sedang terjebak rutinitas- menemukan tempat rekreasi-nya di sini, jurnal pribadi, dan media berbagi informasi.
Dua tahun terakhir banyak sekali perubahan, masih seperti biasa dengan ups and downs-nya. Semoga kali ini saya bisa lebih konsisten menulis lagi. Ditagih terus aja ya agar selalu ingat untuk kembali ke sini.
See ya!