Pages

Wednesday 4 December 2013

Mendadak Curhat (!)

Hampir enam bulan sudah kaki ini menginjak tanah Kalimantan, pulau terbesar Indonesia. Dulu tak pernah terbayangkan bahwa saya akan berpergian sejauh ini untuk bekerja. Setelah saya renungi ini bukan hal buruk, saya menemukan banyak alasan untuk bersyukur karena saya di sini (walau dalam hati tetap berharap akan dipindahkan ke Jakarta ^^). Entah mengapa setiap tempat baru bagi saya selalu menyenangkan dan punya cerita menarik. Dulu ketika tinggal 5 bulan di Jakarta pun saya menikmatinya. Menikmati setiap kebisingan angkot, bajaj, metromini, bis, motor, dan semua kendaraan yang lalu lalang di jalannya. Menikmati lampu-lampu yang memulai kehidupnya di malam hari. Menikmati persaingan gedung raksasa di setiap sudut kotanya. Menikmati sensasi angkutan umum di sana, dari busway sampai metromini, dari taxi sampai bajaj. Semua menarik. Lalu dalam sekejap semuanya berubah.

Sebelum jam menyentuh angka 5, saya harus sudah bangun. Matahari pun masih malas muncul di peraduan bumi. Saya berangkat ke office dengan langit yang masih gelap. Dan saya menikmati kesunyiannya. Setengah jam kemudian, begitu saya turun dari bis, hangatnya cahaya matahari menyambut, tak jarang kabut pagi menyapu pandangan mata. Bagaimana ya menggambarkan suasana damai pagi hari di sana? Tenang. Tapi sejujurnya sih tak semua pagi akan terasa nikmat untuk dirasakan, kadang mendung, kadang mood yang buruk merusak awal hari, kadang pula mata yang masih menyipit ngantuk melewatkan momen indah pagi di sana. Bekerja 8 jam sehari di site terasa lebih cepat berlalu, dan taraaa… jam setengah 5 saya sudah bersiap-siap pulang. Senja sore tak kalah cantik, dan biasanya saya akan memilih kursi di baris kiri bis tepat dekat jendela, khusus untuk menikmati perjalanan, karena saat itulah waktu yang tepat untuk mengamati indahnya hutan dan gunung (di tengah lubang raksasa tambang, saya menyesal harus menyebutkan bagian ini). Sekali lagi saya menikmati bagian ini. Saya merasa kecil dan bersyukur di tengah megahnya alam dan kekayaannya.

Apa yang saya lakukan ketika kembali ke mess?
Inilah bagian yang terkadang membosankan. Tak ada toko buku, tak ada Sushitei, tak ada 21, bahkan tak ada alun-alun ^^ Saya akan menghabiskan waktu dengan menonton tv (lebih sering memilih channel HBO/FOX/Bloomberg ketimbang stasiun TV Nasional yang isinya selalu seragam di sore hari, acara lawak tak bermutu atau sinetron lebay, fiuh). Alternatif kegiatan di malam hari: jalan-jalan ke Batu Kajang dan makan !!! (Jadi jangan heran mengapa berat badan saya cepat naik! Stop comment about my weight, deal?) Ketika stok buku tersedia, maka dalam sehari dua hari buku-buku itu akan saya lahap. Menulis juga salah satu cara ampuh membunuh waktu. Terakhir, apalagi kalau bukan tidur, yeay !

Dalam waktu 1 minggu waktu berjalan, saya punya 1 hari off di hari Minggu. Saya akan menghabiskan waktu dengan tidur, membaca, menulis sesuatu, bertelepon ria, menonton film di laptop, menggosip dengan penghuni Asoka (typically women do…), pernah sekali memancing, pergi ke sungai mencari batu kali, atau memasak (sebelum akhirnya kompor mess ASOKA disita, karena memasak di dalam mess memang dilarang).
Salah satu yang saya syukuri selain alam dan fasilitas (tentunya), saya punya kesempatan pulang ke rumah setiap ± 2 bulan sekali. Mungkin mama papa saya sampai bosan melihat anaknya sering pulang, dan para tetangga menjadi heran bertanya-tanya “anak ini kerja ngga sih, kok sering banget pulang, waktu kuliah dulu malah ngga pernah pulang!” :p

Ada lagi yang membuat saya merasa beruntung, saya ditempatkan di site terbaik (setidaknya menurut saya yang baru sekali ini ke site hehehe...). Site tempat saya belajar ini adalah site yang terkenal dengan kehangatan hubungan antar karyawannya (hangat positif yee…). It feels like I find another famlly here. Saya merasakan semangat orang muda di sini, karena memang site ini didominasi orang muda, dari officer hingga bahkan jajaran manajemen-nya. Muda artinya semangat membara, jiwa inovasinya kuat, namun di sisi lain lebih labil dan moody. Hahaha. Saya menemukan sosok pemimpin (mendekati) ideal di sini, saya terkesan pada Project Manager (ibaratnya orang tertinggi di site). Hal yang paling saya kagumi adalah kemampuan Beliau untuk menempatkan diri dimanapun Beliau berada dengan siapapun Beliau berhadapan. Beliau begitu dekat dengan bawahan, lucu (itu pendapat pribadi saya, walau kata orang Beliau ‘menakutkan’). Di sisi lain, orang menilai Beliau adalah sosok yang tegas dan punya integritas sebagai pemimpin. Keren, bukan? Karena saya pernah merasakan perjuangan menjadi ‘pemimpin’ yang harus bisa menempatkan diri di setiap kesempatan. Itu susah! Masa-masa di mana saya harus menjaga sikap karena saya dilihat banyak mata, sedikit kesalahan akan dikritik tajam. Okeee mari kita hentikan membicarakan topik ini sebelum saya akhirnya curcol masa lalu. :p

Di sisi lain, selama saya merantau di sini saya kehilangan banyak sekali momen. That is a risk!
Ya, saya akan merasa iri setengah mati melihat foto teman-teman kuliah yang bekerja di Jakarta berkumpul reuni, atau teman-teman SMA yang setidaknya sebulan sekali berkumpul untuk ber-hahahihi. Saya melewatkan banyak acara, pameran buku, premier film-film box movie (saya sampai sekarang masih menyesal ketika pertama kali harus ke site tepat sehari sebelum Iron Man 3 diputar di bioskop, hash!), naik gunung, StandUp Comedy Spesial @pandji, Jakarta Fair, Buka Puasa Bersama IKA ITS Pusat, bertemu adek-adek angkatan yang sedang study excursion ke Jakarta, dan masih banyak yang lain, yang kalau saya list satu persatu akan membuat saya semakin sedih karena melewatkannya.

Sometimes I felt like I want to live (work) normally, to be connected into normal world :)

Saya sebenarnya benci harus mengakui bahwa perbedaan gender juga turut mempengaruhi hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam hidupnya. Sebagai seorang wanita, bekerja di tempat yang ‘luar biasa’ seperti ini membuat saya banyak berpikir belakangan ini. Akankah pekerjaan ini akan menjadi karir saya? Apakah ini kehidupan pekerjaan yang saya inginkan? Seberapa lama saya akan dapat bertahan seperti ini?

Dulu saya punya banyak sekali mimpi besar. Dulu saya ingin berprestasi di sana sini, selalu menjadi yang terbaik. Very ambitious… Namun kini bagi saya, kebahagiaan yang ingin saya lalui adalah hal-hal kecil yang sederhana. Saya ingin jadi seorang (super) housewife, hehe. Untuk mewujudkannya, hal pertama yang harus saya lakukan dari sekarang adalah saya ingin berjalan di jalan cahaya yang sebenarnya. Selanjutnya saya ingin banyak sekali menulis, membantu banyak orang, belajar memasak, les bahasa asing, diskusi dengan siapapun, mengelilingi Indonesia, dan tetap sambil bekerja tentunya. Intinya saya ingin mengumpulkan sebanyak mungkin pengalaman dan wawasan, supaya kelak anak saya tidak perlu mendengar cerita dongeng ketika menjelang tidur, namun ibunya akan menceritakan apapun yang dia ketahui di dunia nyata. :)

Tulisan ini akan menjadi panjang sekali kalau saya teruskan. Ada beberapa bagian yang selamanya hanya tertulis di dalam pikiran saja. Silahkan menyimpulkan sendiri apapun itu. Bagi saya hidup memang harus seperti ini, hitam putih, positif negatif, senang sedih. Salah satu cara untuk menghadapi semua cerita hidup itu adalah bersyukur dan ikhlas.

And I still try to give the best in this part…

No comments:

Post a Comment