Pages

Sunday, 22 February 2015

Book Review: God, Do You Speak English?

Hal pertama yang menarik dari buku ini adalah judulnya "GOD, DO YOU SPEAK ENGLISH?". Penulis memilih judul yang menggelitik penasaran saya, bercerita tentang apakah buku ini? Tentang Tuhan? Dari sisi mana dia akan menceritakan Tuhan? Saya semakin tertarik ketika membaca satu kalimat penjelas di bawah judul besarnya, "Perjalanan Penuh Emosi Tiga Sukarelawan Indonesia di Tajikistan, Bangladesh, dan Guyana". Saya menebak tulisan ini akan menceritakan perjalanan spiritual di beberapa negara, negara yang identik dengan problem kemiskinan dan konflik. Judul buku ini diambil dari cerita salah satu sukarelawan yang juga penulis pertamanya, Jeff Kristianto.

Buku ini kebetulan bukan milik saya, saya meminjamnya dari rak buku teman satu mess d site, Mbak Eka. Pilihan saya pada buku ini tidak salah, tapi juga tidak tepat sesuai dugaan. Buku yang ditulis oleh tiga penulis ini bukan sejenis buku spiritual agama, walau mereka memilih menggunakan kata "tuhan" dalam judulnya, buku ini lebih ke arah pencarian jawaban untuk kondisi sulit yang mereka temui selama perjalanan fisik di negara-negara tersebut. Karena ditulis oleh tiga orang berbeda, gaya bahasanya pun juga tidak sama. Sejujurnya, tak semua penulis dalam buku ini 'asyik' dalam menceritakan kisahnya. Tapi sejauh ini, buku ini tepat menambah koleksi dan perbendaharaan genre dalam katalog pustaka kita.

Bagian menarik lainnya dari buku ini adalah, kisah-kisah yang tidak akan kita temui dengan mudah lewat kehidupan sehari-hari atau bahkan tayangan tv sekalipun. Mereka bercerita tentang kondisi negara yang mereka kunjungi, apa-apa yang sedang mereka kerjakan sebagai proyek bantuan untuk warga negara tersebut, hingga tantangan yang mereka hadapi selama berada di negara yang 'tidak aman' itu.

Satu hal positif lagi dari membaca buku ini, kita seharusnya lebih banyak bersyukur tinggal di Indonesia, yang walaupun (katanya) macet, banjir, korupsi merajalela, serba mahal, politisi tidak profesional, dan segudang masalah lain; tapi setidaknya kita masih bisa menikmati teh di sore hari tanpa ketakutan disasar peluru tak bertuan. Kita masih bisa menonton tv, menertawai hal-hal lucu do negeri ini tanpa takut kelaparan. Kita bersyukur setiap hari masih bisa menutup malam dengan tidur di tanah merdeka, bukan sengketa.


---
7 of 10 starts

3 comments:

  1. Thanks ya tulisannya :) @jeffkristianto

    ReplyDelete
  2. Thanks ya tulisannya :) @jeffkristianto

    ReplyDelete
  3. Wah ada pak Jeff Kristianto, sama2 pak... terimakasih sdh mampir...

    ReplyDelete