Malam minggu kali ini cukup berbeda, akan jadi hari bersejarah kesekian dalam hidup seorang Nana.
Beberapa hari terakhir rasanya begitu kuat dorongan untuk menutup diri mengikuti perintah Allah untuk kaum hawa. Namun seperti yang lalu-lalu, memulai sesuatu yang baru dan berbeda selalu lebih berat. Ketakutan ini itu muncul. Dan rasanya semakin berat.
Maka ketika dua perasaan yang saling kontradiksi menyatu, hati ini terus menerus risau, susah mengungkapkan rasanya lewat kata-kata. Pada akhirnya hanya bisa menangis. Lemah. Wanita memang tak pernah bisa sepenuhnya menguasai perasaannya.
Hingga hari ini.
Diingatkan dari sebuah buku, bahwa Allah sangat mencintai hambaNya, manusia ciptaanNya, tak terbantahkan besar cintaNya pada umatNya. Lalu apa balasan manusia? Ibadah seadanya. Itukah bukti cinta? Jangan-jangan cinta manusia hanya sebatas kata dan baju saja, permukaan. Lalu, saya mengoreksi besar-besaran diri ini. Yakinkah saya sungguh mencintai Allah yang sudah dengan begitu baik memberi kesempatan hidayah?
Diingatkan dari sebuah buku, bahwa Allah sangat mencintai hambaNya, manusia ciptaanNya, tak terbantahkan besar cintaNya pada umatNya. Lalu apa balasan manusia? Ibadah seadanya. Itukah bukti cinta? Jangan-jangan cinta manusia hanya sebatas kata dan baju saja, permukaan. Lalu, saya mengoreksi besar-besaran diri ini. Yakinkah saya sungguh mencintai Allah yang sudah dengan begitu baik memberi kesempatan hidayah?
Mendadak saya lebih takut ketika saya dipanggil menghadapNya dalam keadaan 'telanjang'. Tak tertutup karena aurat masih kemana-mana, meski hanya kepala atau separuh lengan dan kaki yang terbuka. Saya mau membuktikan cinta saya padaNya. Dalam sujud terakhir di atas sajadah, saya bisikkan pelan tapi kuat, "Ya Allah, kuatkan hamba ya Allah kuatkan kuatkan, hamba berserah hanya padaMu, sungguh hanya pada pertolonganMu". Bismillah.
Sedetik kemudian, saya membuka lemari, mengambil sepotong kain, yang memang saya sengaja beli sekitar dua bulan lalu ketika teman berjualan di office. Sudah sejak lama, sangat lama, saya mengagumi penampilan wanita muslimah yang menutup kepala dan tubuhnya dengan sempurna. Diam-diam saya kerap membuka online shop yang berjualan beraneka ragam bentuk hijab/jilbab/kerudung. Dinas periode ini pun saya sengaja membawa beberapa setel rok panjang, tadinya dalam pikir saya, sekalipun belum sanggup menutup kepala ini, saya ingin berusaha mencegah bagian tubuh lain terbuka. Berbekal ilmu sederhana dari Mbak Nabila sebelum dia izin terapi pengobatan kemarin (semoga cepat sembuh ya Mbakbil), saya pakai kain warna pink dengan motif merah bata untuk menutup kepala. Saya mantabkan hati. Saya keluar kamar menuju kamar Mbak Eka, dan tumpahlah segala curhat, ketakutan, segala macam perasaan ini kepadanya.
Ini yang selalu membuat saya bersyukur, saya dikelilingi banyak orang baik, terbaik. Mereka memang sengaja dikirim Allah untuk menjadi 'malaikat' yang mengingatkan dan menguatkan saya di jalan cahayaNya. Termasuk, sosok Pak Guntoro. Beliau yang sedari awal mengikuti liku-liku proses hijrah saya, beliau partner kerja sekaligus 'guru spiritual' yang saya teladani kesabarannya, kelapangan hatinya, dan kebijaksanaannya. Sejak sore tadi, saya mengkomunikasikan isi hati ini padanya. Sekian sms dikirimnya untuk menguatkan hati, hal baik tidak boleh ditunda. Saya minta doa darinya, semoga adiknya ini senantiasa kuat. Saya pun minta ditemani Mbak Eka ke kantin untuk mengambil makan malam. Semakin ke luar mess semakin berdebar jantung ini. Takut. Malu. Lega. Behagia. Semua perasaan bercampur. Aaaaaah begini rupanya rasanya memulai sesuatu...
Satu terlewati, saya makan bakso di mess berdua dengan Mbak Eka. Masih deg-degan. Kami berdua mengobrol kesana kemari. Mess Asoka sedang sepi, selain satu per satu meninggalkan site untuk hidup normal di kota lain, teman-teman yang tersisa sedang cuti dan izin. Saya mendadak rindu keramaian mereka, andaikan mereka ada di sini, menjadi saksi tiap proses hijrahnya saya. Tak lupa saya menelepon mama di seberang pulau sana, meminta izin dan doanya. Mama selalu bisa diandalkan ketika anaknya ini membutuhkan doping semangat.
Baiklah, ini saatnya menutup tulisan. Siapapun kalian yang sedang membaca, titip satu doa untuk kekuatan pada kawan kalian ini. Semoga istiqomah. Bismillah.
"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Ahzab: 59).
mbak nana... Aamiin mbak..Semoga tetap Istiqomah...
ReplyDeleteNaa...
ReplyDeleteNtah knapa nangis baca blog kamu...
Semoga kita selalu di dalam lindunganNya ya Na..
Mb yuyuuusss maaf bru bales komen2 blog. Huaa.. alhamdulillah :") aamiin YRA doanya mbak, smoga sama2 bs istiqomah di jalanNya
Delete