Pages

Friday, 15 January 2016

Random Review: PREMAN PENSIUN

Adakah yang suka nonton serial pendek ber-genre komedi di RCTI tiap sore berjudul "PREMAN PENSIUN"? Saya, salah satu penggemarnya. Serial ini sudah diputar sejak Januari 2015, namun baru sekarang saya tergugah untuk menulis tentangnya. :)


Saya sebenarnya bukan penikmat acara TV karena keringnya acara-acara menghibur versi "selera" saya. Tapi tanpa sengaja awal tahun 2015, saya menontonnya pertama kali. Sinetron berdurasi singkat, tidak sampai satu jam, dengan setting di Kota Bandung. PREMAN PENSIUN session pertama, menampilkan cerita seputar kehidupan para preman di Kota Bandung, jalanan-terminal-pasar dengan ketuanya adalah Kang Bahar -Alm. Didi Petet- dan tangan kanannya Muslihat -Epy Kusnandar-. Session dua cerita berkembang peralihan kekuasaan pada Kang Mus, karena Kang Bahar pensiun dan meninggal yang akhirnya menimbulkan konflik karena munculnya Gobang. Sempat break beberapa bulan, akhir tahun 2015 hingga sekarang cerita berlanjut di session ketiganya, Kang Mus dan preman-preman lawas pengikutnya mulai pensiun dari bisnis preman ini. Sinopsis detilnya, kalian bisa searching di Google, atau baca via Wikipedia (cukup lengkap).

Saya ingin menulis review ini dari sisi lain. Saya jelas bukan ahli di bidang perfilman, tapi saya penikmat, dan izinkan saya menyampaikan kekaguman saya akan serial pendek ini.


~~~

# CERITA SEDERHANA TAPI MENARIK
Saya dan mungkin penggemar lainnya sudah bosan dengan sinetron ala Indonesia yang ruwet, panjang, lebay, dan tidak masuk akal. PREMAN PENSIUN muncul dengan cerita sederhananya, menangkap sisi lain kehidupan preman, terasa nyata dan mudah diterima. Idenya unik, premanisme yang dijadikan bisnis. Dibumbui cerita-cerita keluarga di belakang mereka, kehidupan sehari-hari yang detil (ke pasar belanja, makan sampai habis, menyalakan sampai mengendarai motor, dll), dibarengi obrolan ringan khas rakyat. Jadi walaupun sederhana, tapi ada saja adegan yang menggelitik gelak tawa karena celetukan dan gimmick lucunya. Misalnya perhatikan saja di session pertama-kedua, setiap Komar muncul, adegan selalu menjadi lebih ramai. Muka seram tapi lemah gemulai dan takut istri.


# PEMERANNYA ASLI DAN PAS
Coba amati para pemain PREMAN PENSIUN, kalian tidak akan menemukan wajah-wajah yang kelewat ganteng/cantik berlebihan, yaa kecuali anak bungsu Kang Bahar, bolehlah -Tya Arifin- yang menjadi Kinanthi disebut paling cantik di sana. Maksud saya adalah, pemilihan pemain untuk masing-masing peran itu cukup dan tidak berlebihan, tidak semata-mata mengandalkan artis terkenal untuk mendongkrak rating. Mereka berdandan apa adanya, pemeran istri-istri preman di rumah ya bajunya daster, no make up, rambut diikat atau digerai seadanya. Pun begitu tokoh anak-anaknya memerankan anak sekolah yang normal, baju seragam panjang dan longgar dengan tas ransel sedang jajan cilok atau cuangki di pinggir jalan, real. Bandingkan sinetron anak smp sebelah yang ke sekolah pakai mobil mewah, handbag kecil bermerk mahal, yakali mau ke party, ini ke sekolah adik-adik, memang muat tas segitu bawa buku?

Dan kabarnya para pemeran PREMAN PENSIUN ini memang sebagian besar (mantan) preman asli. Mereka menceritakan kehidupan asli mereka. Tidak heran, beberapa pemeran memang terlihat kaku di depan layar kaca, but no problem, it looks real anyway.

# PUNYA PESAN MORAL DAN JELAS TERSAMPAIKAN
Setiap episodenya ada pesan moral yang ditinggalkan. Pesannya disampaikan tanpa terlihat menggurui, disisipkan lewat dialog-dialog yang justru diucapkan dari para copet dan preman. Karena karakter mereka dibuat se-apaada-nya mungkin, maka masing-masing orang bisa menjadi orang baik dan jahat di beberapa sisi. 

Pertentangan batin mereka ketika harus menjadi orang jahat, kesadaran mereka akan perbuatan tak layaknya, justru itu yang menyiratkan nilai-nilai budi pekerti pada penonton. Asyik. Saya tidak merasa diajar guru atau dimotivasi oleh motivator, tapi saya bisa merasakan semangat positif dengan menontonnya.

# NASIONALIS SEKALI
Bagi saya, menjadi nasionalis bukan berarti meneriakkan berapi-api kalimat membara tentang Indonesia saja, menonjolkan ciri khas budaya Indonesia juga bagian dari sebuah nasionalisme. Saya suka potongan adegan yang menampilkan sesuatu dari sudut kota Bandung: taman, jalan, pasar, bandros, hingga kantor walikota (ada di salah satu eps. Bpk Ridwan Kamil menjadi pemeran pendukung yang memerankan dirinya sendiri sebagai walikota Bandung). Di beberapa adegan, latar musiknya adem khas ala priangan Sunda dengan alunan angklung.

Apa yang mereka coba tampilkan tentang Indonesia mengena dalam detil adegan. Misalnya apa yang mereka makan menjadi plot penting yang menarik tentang kearifan lokal masyarakat Sunda, roti balok khas Garut paling enak dimakan sambil minum kopi tubruk di pagi/sore hari.


~~~


Itulah sekilas tentang PREMAN PENSIUN, kesederhanaannya mengingatkan saya akan sinetron-sinetron jaman dulu seperti Si Doel Anak Sekolahan atau Keluarga Cemara. Namun rasa-rasanya tidak afdol kalau kalian tidak menontonnya sendiri. Bisa jadi selera saya berbeda dengan selera orang lain, definisi menarik versi saya tidak cukup menarik untuk yang lain. Maka dari itu, nilailah sendiri dengan menontonnya sekali waktu. Sayangnya, serial ini diputar sore hari, di mana orang kantoran pasti belum sampai rumah. Jam tayangnya memang bukan di prime hours, maklum mungkin masih kalah rating dengan sinetron harimau-harimauan itu. Buat yang penasaran bisa coba buka Youtube atau streaming via aplikasi TV Online seperti Mivo atau UseeTV.

Akhir kata, salam dari Kang Komar -preman favorit ibu-ibu-

No comments:

Post a Comment