Jumat,13 Juni 2010 pk24.17 WIB.
Tulisan ini saya buat, tepat setelah saya menonton sebuah film di laptop saya karena insomnia kembali menyerang saya.
Semoga bermanfaat.
Apapun yang kamu,kalian,kita baca dari note ini. Ambil positifnya!
"Betapa beruntungnya saya,kamu,kalian yg punya kesempatan mbaca note ini, itu artinya kita masih mdapat hidup yg layak.
Pernahkah kita menengok kluar mlihat mereka yg sangat tidak layak mdapat kehidupan?
Sbuah film bru saja saya tonton "Jamila dan Sang Presiden" , film yg diangkat dari cerita "Pelacur dan Sang Presiden".
Sebuah film yg menggambarkan bahwa ada orang2 seperti mereka yg betapa hidupnya sangat tidak layak.
Ini bukan berbicara tentang dosa Jamila dan orang seperti mereka. Mereka tidak berniat untuk menjadi diri mereka seperti itu. Andai boleh memilih, beberapa dari mereka pun ingin hidup layak. Tapi kondisi memaksa mereka jatuh. Berulang kali bangkit tapi beribu kali lebih banyak mereka terperosok.
Mereka memang salah, mereka memang berdosa, terutama tokoh Jamila dalam film tersebut, pelacur yang membunuh.
Tapi ada satu pesan utama yang saya tangkap dari film itu, disadari maupun tanpa disadari, saya, kamu, kalian, KITA SEMUA turut bertanggung jawab, turut mengambil peran terhadap keberadaan mereka, dan keberadaan orang lain yg bernasib sama tidak layaknya.
Dalam hati saya mengutuk, menangisi mereka, menegur keras diri saya sendiri, sudah berbuat sesuatu kah saya utk mereka?
Mereka yang hidup sangat tidak layak, para pelacur, orang mlarat, gelandangan dan pecundang2 miskin yg akhirnya jatuh dalam lobang2 dosa.
Saya tidak cukup berkedudukan tinggi untuk mengambil tindakan dan menyelamatkan satu per satu mereka.
Namun saya punya mata,telinga,mulut,tangan dan kaki lengkap untuk menyuarakannya.
Keras2 ingin saya katakan pada para petinggi, bahwa cukuplah tindakan kalian yang sedang bermain politik, menimbun uang korupsi, dan membohongi rakyat.
Sisihkan sedikit rasa untuk kemanusiaan, untuk memperhatikan nasib mereka yang terseok-seok hanya demi selembar uang.
Ayo,cepatlah dewasa bangsaku. Haruskah kita menunggu setua Amerika untuk menjadi lebih baik dari sekarang?
Saya merasakan apa yang sedang diperjuangkan Soe Hok Gie pada jamannya. Saya merasakan kesepiannya membela kebenaran dan menjunjung idealismenya sendirian. Satu kelemahan GIE, dia tidak meletakkan kepercayaannya pada TUHAN yang hakiki. Dia meyakini keberadaan NYA, namun tidak mempercayai kebesaran NYA.
Saya beda, jelas sangat beda dengan GIE.
Kembali pada topik awal, saya akan belajar untuk meneriakkan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan.
Saya akan selipkan permohonan perlindungan bagi mereka yang hidup tidak layak dalam setiap doa saya.
Saya meyakini, selalu ada rencana indah di jalan NYA."
No comments:
Post a Comment