Pages

Friday 28 January 2011

Memaknai Hidup Agar Hidup Menjadi Lebih Hidup :)

Baru-baru ini saya (akhirnya) mampu menyelesaikan 1 buku menarik, tidak ringan namun tetap bisa diikuti setelah 2 sampai 3 kali mengulang membaca pada beberapa bagian. :)

Sebuah buku yang menginspirasi saya, membuat saya kagum pada tokoh Muhammad Yunus, seorang profesor ekonomi di Chittagong, Bangladesh. Beliau adalah salah satu penerima nobel perdamaian, karena jasanya mengentas kemiskinan di beberapa negara dunia ketiga. Keren, kan?
Saya bukan hendak berbicara tentang isi bukunya, semua orang toh juga bisa membaca bukunya " Bank Kaum Miskin : Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan ", namun saya ingin berbagi pemikiran tentang betapa hebatnya seseorang yang mau keluar dari zona nyaman dan mau membaca lingkungan, bukan sekedar (sok) mengerti, kritik sana-sini, tapi tidak berbuat sesuatu yang lebih bermanfaat. Kita sedang berbicara tentang sikap PEDULI, SIMPATI, EMPATI, dan BERARTI.

Jadi, pada masanya, beliau adalah seorang dekan dengan gelar dan posisi terhormat, dan yang pasti hidupnya layak berkecukupan. Namun suatu hari, beliau sadar bahwa ilmu ekonomi dengan teori-teorinya tidak cukup mampu menyelesaikan kemiskinan parah di negaranya. Saya tertarik pada 'part' dimana beliau bergelut dengan kata hatinya mengenai kesia-siaan teori-teori ekonomi yang selama ini beliau pelajari yang nyatanya tak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan di sekitarnya.


Universitas Chittagong tempat beliau mengajar dikelilingi daerah-daerah yang sangat miskin, sangat sangat sangat miskin, mereka hanya hidup untuk menghitung hari kapan ajal menjemput. Sungguh tragis menurut beliau, bahwa di sekitar kampusnya yang cukup 'mewah' terdapat sisi kehidupan yang mengenaskan. Peristiwa ini menjadi titik balik bagi beliau sehingga akhirnya mampu merintis Grammen Bank, sebuah bank yang pada dasarnya memperhitungan uang pinjamannya kembali, bukan sibuk menghitung bunga agar mendapat untung lebih besar. Bank ini diciptakan bagi mereka yang sangat miskin, kredit pinjamannya berbasiskan kepercayaan, dan sukses mengentas beberapa komunitas kemiskinan di negara-negara dunia ketiga.

POIN PENTINGNYA adalah
Saya suka cara beliau memandang hidup ini, beliau hidup bukan untuk dirinya sendiri. Keoptimisannya dimanfaatkan bukan untuk meraup kekayaan, gelar, posisi namun untuk sebuah misi berharga, yaitu : DUNIA TANPA KEMISKINAN.

Kadang saya berpikir, masih banyak orang yang justru hidup dengan pola pikir yang bertolak belakang dari beliau. Saya mendadak ingat pada orang-orang yang duduk di dewan, yang tak pernah cukup puas dengan gaji mahalnya, atau orang-orang yang sibuk cari 'ceperan' sana-sini untuk menambah kekayaannya. Tingkat kepuasan seseorang akan uang memang berbeda-beda, alangkah indahnya kalau dari mereka yang sibuk menimbun hartanya, mau berbagi harta dengan mereka yang memang hidup dengan serba keterbatasan.

Kata pak profesor yunus, KEMISKINAN bukanlah tercipta karena kurangnya kapabilitas dari rayat yang miskin, namun disebabkan karena kegagalan pada tataran konseptual. Miskin itu diciptakan karena ada sisi lain yang hidup trerlalu berlebihan (berlebihan dalam konsep negatif). Saya mengutip satu paragraf menarik tentang orang miskin dari buku beliau
Orang miskin itu seperti pohon bonsai. Manakala anda menanam bibit terbaik dari pohon yang paling tinggi dalam pot kembang kecil, anda pun akan mendapatkan replika pohon tersebut, namun tingginya hanya sekian inci. Tak ada yang salah dengan bibit yang anda tanam, hanya lahannya yang sama sekali tidak memadai. 

Jadi ketika kita berteriak-teriak mendambakan perdamaian, hidup sejahtera tanpa kemiskinan, ya mulailah untuk mengerti bagaimana menyediakan lahan yang cukup bagi mereka. Ada pepatah yang baru saja saya dengar dari kegiatan outbond, bahwa kekuatan terbesar sebuah kelompok ada pada orang yang paling lemah. Artinya, sebuah negara tidak akan menjadi kuat, bila orang-orang yang paling terpuruk di negerinya tidak teratasi.

Saya memang bukan siapa-siapa, BELUM menjadi orang hebat yang mampu berkontribusi luar biasa, namun di lubuk hati saya paling dalam (puitis, ketularan kadep PSDM saya) saya ingin bisa bermanfaat bagi lingkungan, sederhana, tidak muluk-muluk, saya hanya perlu menjaga konsistensi idealisme ini sampai akhir hayat, agar nanti kalau sudah jadi orang HEBAT (amin) saya tidak lupa dengan tujuan penting ini.

Semoga tulisan ini menginspirasi anda untuk melakukan hal yang sama, rekomendasi saya, segera baca buku " Bank Kaum Miskin " dan kamu akan menemukan makna hidup yang berrati bagi lingkungan.

Salam, ^^
Surabaya 27 Januari 2011, pk02.21 am

No comments:

Post a Comment