Pages

Saturday, 4 July 2015

Rindu Mama

Ini menurut teori saya.

Setelah menikah, kamu akan merasa lebih sayang, selalu rindu pada ibu yang melahirkanmu, sebut saja mama. Banyak hal yang membuatmu seperti itu, terutama ketika kamu sedang 'berselisih' dengan suami.

Pertama yang harus dipahami bahwa dalam pernikahan semuanya tidak melulu indah. Banyak orang yang menginspirasi orang lain untuk menikah dengan menceritakan enaknya nikah, tapi di sini saya bilang, ketika menikah pun kamu harus siap dengan tantangannya. Itu hal yang sangat normal. Dua orang berbeda sedang dicocokkan jelas masing-masing akan melewati fase pergesekan agar pas. Coba baca juga nasehat pernikahan yang kami dapat setelah menikah dari Mang Cepi, salah satu orang 'hebat' menurut kacamata kami, ini tulisan part I dan tulisan part II nya. Nah, ketika masa-masa itu tiba, kamu akan tiba-tiba teringat mama. Seorang ibu dan istri yang sudah lebih dulu berjuang menghadapi hidup, menopang dan memberi nyawa pada keluarga.

Saya ingat mama, orang yang paling berani, bahkan pada bangkai tikus sekalipun. Mama, yang paling ahli menemukan barang-barang yang hilang. Mama, yang sigap menyediakan kebutuhan apapun dalam situasi kapanpun. Mama, yang harus sering mengalah pada kekerasan karakter papa, tahan pada kecuekan anak-anaknya. Mama, yang selalu menelepon setidaknya tiga hari sekali, untuk sekedar menanyakan "sedang apa?". Mama saya spesial, tiada duanya, begitu juga arti ibu bagi tiap orang. Sekarang, saya sedang menuju kesana. Saya akan merasakan apa yang mama saya sudah lebih dulu rasakan. "Ternyata begini thooo..." itu yang kemudian membuat saya menangis mengingat mama. Saya menumpuk rasa bersalah karena selama ini tidak berusaha meringankan beban perasaan itu. Anak, yang sudah merasa hebat mampu membalas jasa ibunya hanya dengan kiriman uang dan pemberian barang berharga, tapi setiap ditelp selalu berusaha menyudahi terlebih dulu karena alasan kesibukan. Astaghfirullah... mama maaf :(

Seorang wanita yang sudah menikah akan mendedikasikan hidupnya untuk keluarga, harga mati. Kalau sebelumnya wanita itu punya karir, sahabat, teman jalan, komunitas, kegiatan-kegiatan lain yang mengisi waktunya maka setelah menikah semua itu bukan prioritasnya lagi, bahkan jika ada satu saja hal yang menyebabkan dia lalai pada tanggungjawabnya sebagai istri dan ibu, dia wajib meninggalkannya. Itu pesan dari partner kerja saya, Pak Guntoro dalam suatu waktu di sesi P5M. 

Maka ketika saya berusaha menuju ke sana, tidak jarang saya merasa kesepian. Diri saya bukan milik saya lagi pribadi, tetapi milik suami dan sudah menjadi hak-nya untuk meminta apapun dari diri saya. Perasaan terkekang itu adalah salah satu bentuk penolakan, belum ikhlas menjadi istri. Saya belajar memahami semua itu sekarang. Dan pada proses belajar inilah saya semakin kagum dan rindu pada mama, orang yang berhasil melaluinya hingga saya (dan adik saya) sudah sebesar ini. Mama (dan wanita pada umumnya) memang diciptakan dengan titel "tercerewet" dalam keluarga, suami saya sudah 'komplain' untuk satu ini. Dulu saya tidak jarang merasa jengah kalau mama mulai cerewet pada hal-hal sepele. Dan sekarang saya pun melakukannya. Sandal basah masuk kamar, handuk di kasur, baju kotor di lantai, seprai kasur lepas, rambut rontok dimana-mana, gelas tidak ditutup, dan perkara kecil lainnya bisa membuat saya 'mengomel' :)

Di balik kebosanan kita mendengarkan seorang ibu 'mengomel', sesungguhnya nama 'mama', 'ibu', 'bunda', 'umi' lah yang paling sering kita panggil, percaya deh coba ingat semua itu. Saya belum mengandung apalagi melahirkan, saat itu tiba, saya yakin sempurnalah peran wanita yang akan saya rasakan dan saya akan semakin menyayangi merindukan mama.

Pesan singkat, sebelum menyesal tak ada waktu tersisa, mari kita kembali ke mama (dan papa juga tentunya). Kembali menjadi anak yang lebih perhatian dan penyayang, karena dari dulu hingga sekarang merekalah yang paling memperhatikan dan menyayangi kita.

Video ini bukan maksud sebagai pesan komersil suatu bank tertentu, tetapi makna iklannya bagus untuk di-share.

No comments:

Post a Comment