Pages

Saturday 19 September 2015

Mimpi Untuk Pustaka Merah Putih (1)

Dari rombongan orkes sakit hati -kata kebanyakan orang saat itu- Pustaka Merah Putih dibentuk. Gagal nyapres, gagal menjajaki kabinet bem karena kalah 25 poin. Sebuah organisasi yang katanya untuk tandingan.
 
Whatever.
IG @nanabinhariyati
Tapi dengan jatuh bangunnya, komunitas ini tetap ada. Exist bahkan longlast hingga penghuninya sudah bekerja terpisah kota. Kami, disatukan karena kecintaan pada baca dan tulis. Sebagian besar dari kami adalah pengoleksi buku, atau setidaknya peminjam buku. Setelah lulus dari status mahasiwa, komunitas ini "mati suri" karena gagal regenerasi. *sedih* Hanya beberapa adek angkatan yang masih melanjutkan, grateful thank you bro and sist. Tapi kami pendahulu-pendahulunya masih cincong-cincong aktif di grup Whatsapp.
 
 Bukan aktif yang tiap hari ada notifikasi masuk, kadang adakalanya grup ini sepi kayak kuburan. Sepi sekali. Kalau ada yang post something, kadang tak ditanggapi sama sekali. Isi grup mentok pada broadcast meme, quote image, news link, lowongan kerja, atau healthy info. Tapi saya bersyukur grup ini ada. Believe it or not, grup ini selalu ramai kalau bahasannya "berat dan berbobot". Jaman Jokowi-Prabowo jadi hot news, grup kami pun tidak kalah ramai dari MetroTv dan TvOne. Saya tahu shale gas lebih awal dari sana, bahkan berita up-to-date media sekarang yang sedang gencar-gencarnya menulis "Indonesia Menggunakan Bank BUMN Sebagai Jaminan Pinjaman ke China" itu dari grup. Ada crosscheck berita dari mereka yang terlibat langsung dalam bisnis isunya, ada counter statement opinon karena isi kepala orangnya beda-beda. Seru. Kadang saya menanggapi. Kadang saya cuma jadi silent reader yang belajar sesuatu hal baru.

dok. pribadi Pustaka Merah Putih (by @cicihayy)
Baru saja, entah tanggal berapa kemarin lupa didokumentasikan, kami akhirnya menelurkan karya pertama. Sebuah buku. Ini proyek usang yang saking lamanya saya lupa bahwa ternyata masih ada yang meneruskan. Dulu kami mengumpulkan tulisan dari beberapa orang yang suka menulis. Setelah terkumpul, masuk ke masa editing. Di sanalah proyek ini mulai terbengkalai karena kurang manpower untuk edit, re-check, re-read, covering, dan lain sebagainya. Hingga akhirnya masing-masing berkutat pada pekerjaan barunya dan hilang, termasuk saya.
 
Neo, adek sepupu Aris, anggota kami, yang juga kemudian menjadi salah satu anggota PMP. Muncul di grup memperlihat design cover buku "Memandang Indonesia". Meminta izin naik cetak 50 pcs lewat ITS Press. #terharu Akhirnya berhasil terbit juga tulisan random kami. Bersemangat membagikan buku ini, dan kembali bergairah menghidupkan lagi project menulis tahap 2.
 
Saya pribadi, dengan ikhlas semangat mendukung proyek-proyek selanjutnya tapi menahan diri untuk tidak terlalu memaksakan waktu. Melihat kesibukan anggota yang semakin lama pasti semakin tinggi jabatan/golongannya, dan semakin besar tanggung jawab dalam pekerjaannya, menulis buku baru akan menjadi tantangan yang perlu fokus lebih. Semoga bisa kita lalui sekali lagi. Menulis sesuatu dari kacamata profesional bidang. Dengan semakin dewasanya kami, jelas bagaimana kami memandang Indonesia tak akan sama lagi, lebih kaya warna. Pasti.
 
Satu lagi mimpi terpendam saya. Belum pernah saya 'lempar' dalam diskusi grup. Tapi izinkanlah saya menuliskannya di sini, siapa tahu kelak mimpi ini tidak hanya tergantung di langit-langit, tapi terwujud nyata dalam jejak hidup kita. Masing-masing dari kita berasal dari berbagai background ilmu, pekerjaan, dan suku daerah. Sometimes, I feel we can do wider than this.
 
Tadinya mau nulis digradak jadi satu di postingan ini, tapi aaah panjang betul. Stay tune, next post baca di sini ya. :*
 

No comments:

Post a Comment