Pages

Friday 18 September 2015

Ketika Sadness Beraksi

Jumat siang itu artinya tidur siang lebih lama. Senin sampe Kamis saya biasa tidur 15-20 menit di masjid setelah sholat dzuhur. Kalau hari Jumat, setidaknya saya punya waktu 1,5 jam karena durasi resttime-nya lebih lama, 11.30 a.m. sampe 13.30 p.m. Wow bingit kan!
 
Kebetulan siang ini saya absen sholat, jadi pules tidurnya 2 jam! Tapi sebelum tidur siang kali itu, I was stucked in too much deep thinking. Dan berakhir menangis pelan-pelan, khawatir terdengar mbak Dewi dan mbak Jum yang tidur di satu ruangan sama (lebay saya memang, nangis kok jadi kebiasaan). Mengambil salah satu karakater film Pixar terakhir, Inside Out, tokoh emotion yang dominan di otak saya mungkin si biru imut bermuka sayu #Sadness kali ya.
 
#OOT
Saya mengamini kalimat #Sadness waktu ditanya #Joy "mengapa kau menangis?" dan dia menjawab "menangis membuatku lambat dan terobsesi pada masalah hidup". -yang ngga nyambung dengan paragraf ini, tonton dulu filmnya-
from somewhere in google
 
Well, yes I am. Saya sepakat dengan #Sadness. Begitulah yang saya rasakan, walau cenderung kebablasan. Sedih membuat saya berhenti sejenak dari deru cepatnya roda kehidupan, membuat saya berpikir dan merenung. Jejak-jejak kehidupan, mulai yang baik dan buruk, pada akhirnya membuat saya menangis. :")

Back to topic. Siang itu saya menangis karena bersyukur, sangat bersyukur. Saya mengingat wajah suami saya ketika merawat saya sakit dua hari yang lalu. Saya lalu flashback mengingat detil-detil kehadirannya yang serba tiba-tiba. Dia seperti hadiah kejutan dari Allah. Ya Allah, alhamdulillah Engkau mempertemukan saya dengannya. Saya mengingat lagi masa-masa lebih lama sebelum bertemu dengannya. Masa lalu. Perjalanan ini panjang ya Allah, saya akhirnya melewatinya. Dan benar, Allah mengabulkan permintaan saya. Saya tetap di sini berada di jalanNya. Mengingat lagi proses keluar dari ketakutan itu, mengingat lagi detik menegangkan ikrar syahadat, mengingat lagi saat-saat jatuh yang justru membuat saya mendekat semakin erat pada Allah SWT :") *kan menulis inipun membuat dada berdebar dan air mata berlinang*
 
Saya jauh dari sempurna. Masa lalu yang masih tersimpan di kotak memori itu masih 'kelam'. Pass beyond the expectation, hearted broken, lack of life optimistic, traumatic in trusting someone, feel inferior, etc etc etc. Ha-ha. Tapi saya percaya, saya memang harus melaluinya untuk bisa sampai menjadi diri saya sekarang. Memang inilah jalanNya. SkenarioNya. Well arranged. Dan saya tak hentinya mensyukuri nikmat Allah ini. Kesempatan ini. Dan yang terutama, suami terbaik yang Allah siapkan untuk saya.
 
Aaah, lalu saya ingat bahwa saya mulai lupa bersyukur akhir-akhir ini. Lupa mendekat ke sumberNya. Berharap punya baby cepat-cepat tapi sudah tiga kali monthly periodic guest datang. Kamis malam ketika saya menangis karena sakit fisik dan 'hati', dan bersamaan dengan datangnya hari pertama menstruasi, suami cuma bilang "sudah, kita disuruh pacaran dulu. siapa sih yang ngga mau punya anak cepet, saya juga mau, tapi kalau belum dikasi ya berarti memang belum waktunya, santai darling... dadar guling..." Mendadak saya berhenti sedih, entah karena bijak reaksinya, atau karena dadar gulingnya itu. :")
 
Jadi ibarat film, semua adegan kilas balik itu terputar sekian menit dalam otak saya membuat saya menangis pelan tiba-tiba. Sebentar saja saya menitikkan air mata. Saya mengusapnya, lalu memejamkan mata, dan kemudian... zZzZzZzZzZzZzZz... tertidurlah saya. *mau tidur aja pake drama, lebay memang nana*
 
Well, we dont really know what life's going to be. But keep calm, everything has been set up in the right scene. Just wait dan believe it.
 
#anotherrandompost

No comments:

Post a Comment