Pages

Sunday 13 September 2015

Mama Papa

Aku sedang rindu, rindu sekali pada kedua orangtuaku. Mama papa. Cinta yang tulus, cinta yang tak terhingga, cinta yang tak bisa disandingkan dengan apapun di dunia adalah cinta orangtua pada anaknya.
 
Entah berapa kali disadari tidak disadari, anak sering menyakiti orangtuanya. Begitu pula aku. Sebanyak kali aku pergi menghindar, ketika tidak ada siapapun yang kutuju, aku akan kembali kepada mereka. Dan mereka tetap ada di sana, menyambut dengan terbuka. Aku merindukan mereka.
 
Mama,
Wanita tangguh yang pernah kukenal. Meski mama jarang memasak seperti ibu-ibu lainnya, tidak menurunkan resep rahasianya, tapi mamaku kuat mengangkat panci berisi kuah bakso setiap hari, memburu tikus liar di belakang rumah, tak jijik membuangnya, dan gigih mencari barang yang hilang. Hampir berusaha sendirian untuk keluarga dan beliau berhasil melewatinya. Mama tak lagi sesehat dulu, memikirkan itu membuatku sedih. Pasti sedih sekali, merasakan sakit sendirian. Kuatkan mama ya Allah...
 
Papa,
Pria keturunan Tionghoa yang setiap hari memakai baju batik, lahir di Indonesia tapi susah sekali menerima surat kewarganegaaran Indonesia. Aku kadang malu padanya, tapi sekarang kusadari bahwa papa adalah yang terbaik. Aku bangga mewarisi sedikit mata sipitnya, kulit putihnya, dan marga Cina-nya. Papa, yang suka sekali bercerita, senang mengulang-ulang kata -yang kadang membuatku sebal karena bosan- sekarang aku merindukan suaranya. Aku rindu diboncengnya untuk keliling kota mencari makan berdua.
 
Bolehkah aku memutar waktu membuat mereka lebih muda? Bolehkah segala sakitnya mereka dibagikan agar aku bisa meringankannya?
 
Semakin dewasa maka semakin terasa bagaimana perjuangan membentuk sebuah keluarga. Berproses menyesuaikan diri, membawa diri, dan meng-upgrade diri sendiri demi satu tujuan, keluarga. Setelah sekian lama, dengan segala perbedaan, apapun itu, mereka tetap bertahan. Bukankah itu hebat? Ketika masih banyak keluarga yang memilih menyerah, lelah berusaha, mencari yang lebih mudah. Baru mungkin bagi mereka selalu lebih mudah daripada memperbaiki yang lama.
 
Segala macam pahit manisnya keluarga pernah kurasakan bersama kedua orangtuaku. Mulai dari masa kejayaaan hingga masa tersulit sekalipun. Dan itulah yang berjasa membentuk aku seperti sekarang. Terimakasih untuk semua itu mama papa. Semoga mereka selalu kuat. Semoga Allah berkenan meridhoi hidup mereka, memberi mereka kesempatan yang sama, agar kelak kita masih bisa bertemu berkumpul di Jannah-Nya.
 
Aku merindukan kalian ma, pa...
:")

No comments:

Post a Comment