Dream Home: Tentang KPR CIMB Niaga Syariah

Memenuhi janji di post sebelumnya ini, akhirnya saya menulis tentang produk KPR yang kami ambil untuk membiayai sisa pembelian rumah baru.

Dengan berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk mengambil KPR Syariah dibanding KPR Konvensional, sekali lagi terimakasih mbak Tikawe dan mas Onos untuk pencerahan awalnya.

KPR Syariah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan KPR Konvensional dalam hal syarat administrasi dan proses kredit. Poin perbedaannya terletak pada cara menghitung biaya kewajiban. Karena menggunakan sistem syariah, maka prinsip peminjaman tidak menggunakan "bunga" melainkan pembiayaan berbasis jual-beli (murabahah). Bank membeli rumah pada developer lalu menjualnya lagi pada saya dengan keuntungan bank. Saya membeli dari bank dengan mencicilnya setiap bulan selama masa tenor. Ibaratnya jual-beli sayur di pasar, pedagang membeli sayur dari petani sebesar Rp 3.000,-/ikat kemudian dia jual ke pembeli seperti saya dengan harga Rp 5.000,-/ikat, pedagang tersebut mengambil untung Rp 2.000,- untuk seikat sayurnya. Prinsipnya bank/unit usaha syariah ini menentukan keuntungan di awal. Keuntungan ini disampaikan di muka ketika akad, jadi pembeli mengetahui dengan jelas dan pasti setiap nominal cicilan yang akan dibayarkan selama periode waktu yang disepakati.

Bagaimana bank/unit usaha syariah menghitung keuntungannya? Mereka punya perhitungan sendiri dengan menetapkan margin untuk menghitung keuntungan. Dalam hal ini, saya memilih produk KPR syariah dari unit usaha CIMB Niaga yaitu PKR iB CIMB Niaga. Dengan tenor 15 tahun, CIMB Niaga Syariah menggunakan margin 9,5% untuk 5 tahun pertama dan 13,99% sisa 10 tahun berikutnya. Marketing KPR-nya, Pak Dedy, sedari awal ketika menghubungi kami, sudah memberikan gambaran nominal cicilan dari bulan ke-1 hingga bulan ke-120 dengan simulasi beberapa plafon pinjaman. Dijamin tidak berubah di masa mendatang, karena tidak terpengaruh suku bunga BI.

Menariknya lagi, ketika saya membayar keseluruhan sisa cicilan sebelum masa tenor berakhir, CIMB Niaga Syariah tidak akan menagih denda/penalty. Nasabah cukup membayarkan utang pokoknya saja, hanya saja pelunasan lebih cepat baru diperbolehkan setelah 5 tahun.

Mengapa saya akhirnya memilih CIMb Niaga Syariah sebagai partner sementara ada banyak pilihan produk syariah yang ditawarkan bank/unit usaha lain? Satu, karena dari beberapa bank/unit usaha yang kami survey, nilai margin-nya paling kecil. Dua, sistem fixed 5 tahun pertama dengan margin lebih kecil, saya baru mendapatinya di KPR Syariah CIMB Niaga. Biasanya KPR Syariah lain langsung menetapkan satu jenis margin untuk tahun pertama hingga sisanya. Tiga, CIMB Niaga Syariah sudah bekerjasama dengan developer Damai Putra Group. Ini penting karena proses menuju akad akan lebih cepat, kaitannya dengan syarat surat rumah. Jika belum bekerja sama, maka bank harus mendaftar dulu ke developer, memulai perjanjian surat menyurat dsb. Proses ini memakan waktu yang cukup lama. Terakhir, CIMB Niaga Syariah berkenan menjamin "special case" dari saya dan suami. Ceritanya kami mendaftar KPR ketika dua-duanya baru saja resign. Awalnya kami ingin mengajukan pinjaman dengan double income (suami dan istri bekerja) tapi karena pada akhirnya suami yang lebih dulu bekerja, akhirnya pengajuannya diubah menjadi single income (suami bekerja).

FYI, kami sempat deg-degan dengan pengajuan KPR ini. Kami terlalu nekad resign di masa pendaftaran KPR. Sekalipun suami sudah mendapat pekerjaan baru, tapi hari pertama kerjanya baru dimulai di awal tahun 2016. Sementara itu, syarat KPR pada umumnya nasabah wajib sudah bekerja minimal satu tahun. Eaaa... bingung kan. Mau mengajukan kantor lama, tapi status sudah out. Mengajukan kantor baru, pengalaman belum ada satu tahun. Dengan ketidakjelasan situasi ini, maka kami berusaha secara positif mengkomunikasikan dengan pihak developer dan bank secara terbuka. Alhamdulillah, Allah memberi jalan lewat CIMB Niaga Syariah itu :)

For readers, dont ever try our case! Dont resign before your credit submission is accepted.

Kami mengajukan KPR Syariah di CIMB Niaga per tanggal 24 Desember 2015 dengan membawa kelengkapan dokumen sbb:

-Fotokopi KTP suami-istri
-Fotokopi NPWP suami-istri
-Fotokopi KK suami-istri (karena kami belum mengurus KK baru)
-Fotokopi Akte Pernikahan
-Fotokopi Ijazah terakhir suami
-Fotokopi Surat Keterangan Bekerja (dari kantor lama suami)
-Fotokopi Surat Perjanjian Kerja (dari kantor baru suami)
-Fotokopi Transaksi Rekening (3 bulan terakhir)
-Fotokopi Slip Gaji Suami (3 bulan terakhir)
-Pas Foto berwarna

Semua berkas dikumpulkan masing-masing rangkap dua, bersama dengan form pendaftaran yang disediakan CIMB Niaga Syariah. Proses persetujuan pemberian pinjaman memakan waktu kurang lebih 21 hari, yaitu pada tanggal 14 Januari 2016 CIMB Niaga Syariah mengeluarkan SP4 "Surat Persetujuan Prinsip Pemberian Pembiayaan".

Sebelum akad di tanggal 21 Januari 2016, kami harus melunasi biaya KPR antara lain berupa: biaya administrasi, asuransi jiwa, asuransi kerugian, dan materai. Biaya notaris menyusul kemudian setelah Akta Jual Beli keluar. Akad yang seharusnya dilakukan di kantor marketing developer tidak bisa berjalan sesuai jadwal, dan karena suami tidak bisa izin kerja, maka akad kredit dilakukan di dalam mobil berlokasi di parkiran kantor suami pada saat jam istirahat. Sesuatu...

Akad kredit menandai proses pengalihan pembiayaan rumah dari nasabah ke bank telah selesai. Selanjutnya rumah bisa ditempati, dan nasabah tinggal melakukan kewajibannya membayar cicilan setiap bulan pada bank.

Ingat, jangan malu untuk sering-sering bertanya dan menawar (hehe...). Sebelum bertanya, biasakan membaca terlebih dahulu, sehingga kita bisa memastikan kewajiban-hak pembeli, penjual dan bank. Terutama berkaitan dengan waktu dan biaya, kita tidak mau bukan mengulur waktu terlalu lama dan menghabiskan banyak uang yang sebenarnya bisa ditekan seminimal mungkin.

#BUKANIKLAN
This post is based on my personal experience and have no related to promotion/endorsement of spesific product.