#1
Percakapan antara pengamen kecil yang usianya sekitar 5 tahun mungkin (A) dan seorang mbak-mbak penjual warung deket rumah saya (B).
A: Piro regane es susu mbak? (sambil ngitung uang koin di gelas aqua yang dia pegang)
B: Rongewu lima ngatus (2500)
A: Duitku ora ono semono mbak, cuma sewu sangangatus (1900), piye mbak oleh tuku es susu po ra?
B: Ora iso. Warung liyane ae dodol susu regane 3000, moso 2500 ae arep di-nyang, aku iki yo lagi golek duwit dek.
A: (pergi)
Hari itu, Allah memberi kesempatan pada saya untuk melihat dan bersedekah dengan membelikan adek kecil itu es susu akhirnya. Namun hati saya tetap pedih, seorang anak kecil yang seharusnya kebutuhan gizinya terpenuhi pun, harus susah payah untuk membeli susu. Mau menyalahkan mbak penjual warung, tapi saya mengerti bahwa dia juga sedang mencari uang untuk menghidupi keluarganya. Sekali lagi bersyukurlah bisa makan 3 kali sehari dengan menu 4 sehat 5 sempurna.
#2
Percakapan yang terjadi antara saya dan seorang bapak di dalam bis Surabaya-Madiun tempo hari lalu, yang ternyata beliau adalah Kepala Sekolah salah satu madrasah di Caruban. Beliau ke Surabaya untuk menandatangani salah satu dokumen untuk pengajuan dana tambahan bagi fasilitas sekolah yang Beliau pimpin. Selama perjalanan, Beliau banyak bercerita tentang sekolah tersebut.
Saya: Murid Bapak berasal dari kota Madiun juga ngga pak?
Bapak: Tidak, mbak. Madrasah saya isinya anak-anak kabupaten, daerah pinggiran, bahkan yg rumahnya jauh dari Caruban juga ada mbak. Tapi luar biasa lho mbak usaha mereka ke sekolah.
Saya: Luar biasa gimana pak?
Bapak: Rumah mereka jauh dari sekolah, tapi mereka datang tak pernah terlambat. Saya mengadakan jam pelajaran tambahan di pagi hari, yaitu jam 6 saya suruh anak-anak kelas VI itu ambil les tambahan persiapan Ujian Nasional, sebelum jam 7.15 masuk pelajaran seperti biasa. Mereka mau.
Saya: Wah pak, ngga terlalu pagi ngadain les tambahan jam 6 pagi? Biasanya kan les tambahan di siang hari setelah selesai pelajaran biasa pak?
Bapak: Susah mbak justru kalau les tambahannya siang, mereka harus pulang ke rumahnya yang jauh, dan beberapa di antara mereka ada yang bekerja membantu ibunya di warung. Murid saya kebanyakan dari anak-anak kurang mampu mbak, jadi saya menyesuaikan akademik di madrasah dengan kondisi mereka. SPP di madrasah saya gratiskan, tapi kalau buku pelajaran kami tidak punya uang lebih mbak, makanya ini saya mengajukan ke Depag untuk penambahan dana madrasah kami.
... (percakapan terus berlanjut seputar sistem pendidikan di Indonesia)
See? Bersyuurlah kita yang sudah bisa sampai di bangku kuliah, karena ada bagian di luar sana yang untuk bersekolah tingkat paling dasar saja mereka bersusah payah, dan lihat semangat anak-anak itu begitu besar walau di tengah keterbatasan.
No comments:
Post a Comment