Pages

Wednesday, 13 June 2012

Golongan Menengah Kuat = Indonesia Maju!

Barusan saya baca buku (biasa: pinejm bukan beli), belum selesai baca 1 buku sih, but in the first-second sight, i love this book. ♥

Firstly, buku ini ya, punya cover yang unik, dengan judul yang eyecatching. Secondly, most of parts that I have read is cool!

Buku ini bisa membuat kepala saya manggut-manggut, sambil berdecak kagum 'ckckck', sesekali menggumamkan kata 'oh gitu tho!'
100 Langkah Untuk Tidak Miskin



380324_3487050780634_209450189_n


Buku itu dikarang oleh new comer writer (cmiiw), Ligwina Hananto. Dan tulisannya keren!
Jadi jadi jadi kembali ke topik, buku itu menginspirasi sekaligus menginformasi saya tentang golongan menengah.

Tahukah kamu, bahwa bangsa Indonesia memasuki tahun 2012 memiliki pertumbuhan masyarakat kelas menengah yang melesat dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan kelas menengah ditengarai sebagai salah satu pemutar roda perekonomian. Paling tidak konsumsi mereka telah menyumbang 70% dari pertumbuhan ekonomi.

Menurut Kepala Ekonomi Bank Dunia, Mansoor Dailami, peningkatan jumlah kelas menengah di negara-negara berkembang telah membuat tren konsumsi dalam negeri meningkat. Hal ini secara bertahap akan menjadi sumber pertumbuhan global berkelanjutan.

Negara-negara dengan populasi kelas menengah muda produktif cenderung memiliki tingkat konsumsi lebih tinggi ketimbang negara-negara dengan populasi berusia tua. Jika dibandingkan negara-negara berkembang lain, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tergolong sangat cepat. Berdasarkan data Bank Dunia, tahun 2003 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya sebesar 37,7%, namun pada tahun 2010 mencapai 134 juta jiwa atau 56,6%.

Selain itu, berdasarkan data tahun 2009 Asian Development Bank (ADB) mengungkapkan fakta bahwa kelas menengah di Indonesia banyak berasal dari industri pelayanan jasa. Sektor industri lain yang turut menghasilkan kelas menengah adalah pertanian, perdagangan, manufaktur, dan konstruksi.

Keberadaan kelas menengah juga sangat menguntungkan bagi pemerintah. Pemerintah dapat mengambil keuntungan dari fenomena pertambahan masyarakat kelas menengah ini. Salah satu keuntungan yang dapat diterima pemerintah ialah berkurangnya anggaran untuk subsidi. Logikanya kelas menengah tidak lagi memerlukan subsidi. Di samping itu, pertumbuhan kelas menengah yang pesat juga akan menguntungkan pemerintah dari sisi penerimaan pajak sebab wajib pajak akan bertambah. Penerimaan sektor pajak ini dapat digunakan pemerintah infrastruktur, fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, dan lain-lain.

Have you got the point? Yet.

Simple-nya, karena golongan menengah meningkat Indonesia akan maju, karena perekonomian dapat ditopang konsumsi dalam negeri, jadi mau Yunani bangkrut, Spanyol dan negara Eropa lain numpuk utangnya, ataupun krisis moneter di Amerika, Indonesia will stay alive.

Nah, di buku itu, dijelaskan dengan detil, how to make the stronger middle class?

Golongan menengah jangan cuma hura-hura hedon konsumtif saja, tapi sudah selayaknya mampu, plan do check their own financial. Sehingga eh sehingga nih, mereka bisa berinvestasi untuk masa depan (sederhananya menabung-lah).

Jangan bayangkan buku itu akan seberat judulnya, bau-bau banyak data memusingkan nih, bahasa perekonomian tingkat dewa, NO NO NO.

Ligwina menulis dengan gaya bahasa anak muda, mudah dipahami, and the most important: applicated technically, bukan sekedar rangkaian kalimat konsep-konsep yang melangit. Dan juga, dalam buku itu, terlampir sebuah buku tipis kecil, yang berisi target dan rencana keuangan dalam tiap jangka waktu tertentu. Pembaca hanya perlu melakukan apa yang diperintahkan dalam target-target tersebut, niscaya (bahasa jadul apa coba ini) pembaca akan menjadi golongan menengah yang kuat.

I will not tell you more about the content of that book. That's SPOILER. :)

Biarlah kutipan berikut ini bisa memotivasi kalian untuk membacanya (silahkan mau beli bukunya sendiri atau pinjam).

Empat Tahapan Siklus Kehidupan (Perencanaan Keuangan)


Tahap Pertama: tahap fresh graduate

Good money habit dimulai dari sini. Rencanakan hal-hal yang dekat: bisa beli HP baru dengan uang sendiri, bisa berlibur tanpa berhutang, paling tidak memiliki rencana dana darurat dan menabung untuk dana pensiun.

Tahap Kedua: masa 30-an

Pasti sudah ada yg menikah, ada yg belum, jangan menunggu menikah dulu baru merencanakan keuangan. Masa umur 30-an tidak mau punya rumah sendiri? Rencana keuangan komperhensif harus sudah jalan lancar di tahap ini.

Tahap Ketiga: masa usia matang 40-an

Di usia ini harus sudah siap dengan kepemilikan aset. Ada tiga aset aktif: bisnis, properti, dan surat berharga. Tujuannya untuk mencapai penghasilan pasif yang mengalir untuk tabungan dana pensiun.

Tahap Keempat: masa pensiun >55

Ini waktunya kita bekerja tanpa harus pusing memikirkan apakah kita hari ini bisa makan atau tidak. Di masa ini pekerjaan dilakukan sebagai hobi meluangkan waktu. Inilah masa estate planning/perencanaan warisan.
Let's make money not excuses.

Goals are dream with actions and a deadline.




Next time (semoga secepatnya sempat menulis lagi), saya mau berbagi cerita lebih jauh tentang golongan menengah, apa, siapa, dan bagaimana.

Golongan menengah di Indonesia itu memang banyaaaak, sekaligus lebar rentangnya (dalam segi financial), Asian Development Bank dalam laporan bertajuk "Key Indicator for Asia and The Pacific 2010" membagi kelas menengah dalam tiga kelompok berdasarkan biaya pengeluaran per kapita per hari.

Dan saya bisa pastikan bahwa most of beswan djarum are the part of middle class. :)

Pro/contra? Counter opinion?

Let's discuss. Wait for my writting part about middle class.

Remind me if I forget (or too much busy) to write. Maybe, I need a 'living alarm' to remind me for writting.

6 comments:

  1. "Pemerintah dapat mengambil keuntungan dari fenomena pertambahan masyarakat kelas menengah ini" kenapa harus pemerintah yg untung, shrusnya keuntungan yg hakiki itu dikembalikan ke rakyat yg low level. kalo ke pemerintah mah lari ke kantong pribadi, sorry if i'm not in my positive thinking now.

    baru googling, bukunya keluaran september 2010. udah ada cetakan kedua gk? atau masih stuck di cetakan pertama? nanti kalo kita ketemu, pinjem yah, jgn dipulangin dulu sama yg punya hihihii

    i do love your writing :D

    keep on blogging nana!!!

    ReplyDelete
  2. sepakattt ...we must have the planning and execution is more important than the discourse :)
    inspiratif :)

    ReplyDelete
  3. @irwansitinjak
    iya sih betul2, keuntungan seharusnya ngga hny utk pemerintah, tp utk rakyat. solusinya adalah, cintai produk dalam negeri, bangkitkan pasar domestik, bukan brg2 impor. krn akan memberikan keuntungan scr lgs untuk rakyat, apalagi klo usaha mereka semakin maju, akan memperkerjakan lbh bny tenaga kerja juga :)
    makasiiiihhh komentarnyaaaa irwan, sang juara blog :)
    diingetin ya klo nana males nulis. Semangatttt! (O.o)9

    @ardik
    thanks for your visit and comment, totally agree with ur statement :D

    ReplyDelete
  4. nanti ikutan lomba ya na, aku suka tulisan kamu... calon juara ni :D

    ReplyDelete
  5. Halo Nana, Ligwina Hananto setahu saya financial advisor, tapi kayaknya memang baru buku ini yang remarkable. Hehehe.

    Betul sekali, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia memang mengesankan. Sayangnya pengeluaranny masih banyak buat konsumsi, hehe. Dan satu lagi Nana, pada tahap freshgaduates jangan lupa untuk memiliki asuransi kesehatan :)

    ReplyDelete
  6. @irwan
    aku ngga pedeeee ma blog sendiri irwan, aku ini sejenis org gaptek blog, ngga bisa otak atik hahahahaha. cuma bisa nulis ajaaa. itupun klo lagi rajin >.<
    ampun dah!

    @mbak suci
    iyaaa siap mbak, berencana menyusun keuangan sendiri sedini mungkin, termasuk asuransi ;)
    mbak suc kerja di bisang finacial yaa? :D

    ReplyDelete