Pages

Monday, 27 January 2014

Inspirational Story from an Eagle: Survival Change

Selasa yang telah lewat kemarin, sekali lagi harus memimpin P5M "Pembicaraan 5 Menit" -yang pada akhirnya selalu lebih dari 5 menit- di kantor. Ini kedua kalinya saya yang memimpin sharing, setelah dulu pernah melakukannya bergantian bersama gerombolan FGDP Engineering terdahulu (Annisa Nuraini, mas Angger Pradana, mas Rudal Sulaiman, Alfian Hidayatullah, dan Taufan Nugraha). Enw i miss u guys, gudlak in ur job site!

Ah iya sedikit tentang apa itu P5M, ini program harian Pama yang dilakukan setiap pagi hari sebelum memulai aktifitas kerja. Pada kesempatan ini, kita akan berbagi cerita, pengalaman, video, gambar, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan Six Core Values - Pama:
  1. Tim yang Sinergis
  2. Bertindak Penuh Tanggung Jawab
  3. Siap Menghadapi Tantangan dan Mewujudkannya
  4. Perbaikan Terus Menerus
  5. K3LH adalah Cara Hidup Kita
  6. Memberikan Nilai Tambah pada Semua Pihak yang Terkait
Tujuannya simple, supaya kita memulai hari bekerja selalu dengan semangat dan motivasi baru.

Sebagai 'senior' FGDP, jadilah giliran pertama jatuh pada saya.

Beberapa malam sebelumnya, rajin baca blog/artikel, menonton video-video youtube dan tiba-tiba teringat kisah seekor elang yang pernah saya dapatkan dari seorang pemandu -dan maafkanlah saya mas pemandu, saya lupa, kalau ngga salah yang menyampaikan kisah elang itu mas Hizrul Umam nya Ayu Fatima, atau mas Nanda Kiswanto-

Langsung saya googling untuk mendapatkan kembali cerita-cerita elang untuk me-refresh memori.
Dan sekarang saya ingin tulis di note/blog pribadi, supaya saya tak perlu googling lagi untuk menemukannya, namun cukup membaca catatan pribadi, karena cerita elang ini sungguh menginspirasi saya dan sebenarnya cukup untuk menggambarkan kehidupan manusia.





Elang itu iconic, image sangar, kuat tangguh, hebat begitu lekat pada burung ini. Tak heran elang sering dijadikan simbol supremasi, baik sebagai lambang negara, motivator, logo perusahaan, dan berbagai ikon lainnya. Dan memang elang pantas mendapatkan gelar sebagai puncak tertinggi pada mata rantai makanan, karena:
  • Elang memiliki paruh yang kuat dan tajam
  • Elang memilik retina mata yang lebih tajam daripada manusia sehingga mampu melihat mangsanya dari sudut pandang yang jauh
  • Rentang sayapnya lebar, elang mampu terbang melintasi angkasa tinggi dengan jarak tempuh yang jauh
  • Kaki elang dilengkapi cakar yang kuat sehingga mampu dengan cepat menyambar dan mencengkeram mangsanya
  • ...and the last, the greatest part
  • Elang memiliki rentang usia yang panjang 60-70 tahun


Untuk mencapai fisik yang kuat, sejak dilahirkan elang harus menempuh ujian kehidupan yang berat. Pada saat bertelur induk elang biasanya akan menaruh telurnya (bersarang) di atas pohon yang sangat tinggi atau di bebatuan tebing bukit yang tinggi. Begitu telurnya menetas dari cangkangnya yang keras, si induk akan memulai mengajari terbang anaknya. Biasanya dengan pelatuknya, anaknya didorong untuk keluar dari sarang dan belajar terbang. Pada saat itu bila si induk merasa anaknya belum berhasil terbang dan akan membentur tebing atau tanah, maka si anak elang lekas-lekas disambarnya, sehingga tidak sampai jatuh dan terluka. Begitu seterusnya sampai si anak elang bisa terbang mandiri tanpa bantuan induknya.

Untuk mencapai usia yang panjang, eagle must start new life at fourthy, pada saat usia 40 tahun elang akan memulai transformasi. Pada saat itu elang sudah nampak tua renta, dengan paruhnya yang panjang dan bengkok hampir menyentuh dadanya, bulu sekujur tubuhnya semakin lebat sehingga memberatkan dirinya ketika terbang. Pada saat itu elang dihadapkan pada 2 pilihan hidup, mau mati pelan-pelan kelaparan atau menempuh hidup yang panjang, tapi dengan perjuangan yang sulit.
Bila pilihannya jatuh pada opsi kedua, maka si elang akan berusaha terbang tinggi ke puncak gunung dan bersarang di tepi jurang untuk melakukan transformasi hidupnya. Selama masa transformasi yang berat 150 hari, elang akan berusaha keras, memperbaharui kondisi fisiknya. Elang akan mematuk-matukkan paruhnya pada tebing karang sampai paruh tersebut lepas dari mulutnya. Setelah menunggu paruhnya tumbuh baru, maka langkah selanjutnya adalah mencabuti cakar-cakar dan menunggu cakar baru tumbuh. Bila sudah tumbuh, elang akan mencabuti bulu-bulunya dan menunggu tumbuhnya bulu itu sehingga bisa terbang lagi mencari makanan. Pada masa-masa sulit ini, elang akan "berkontemplasi" merasakan dinginnya udara malam dan panasnya matahari siang. Perjuangan itu dilaluinya untuk mendapatkan kehidupan baru selama 30 tahun lagi.

Secuplik kisah elang di atas memberi tahu saya satu hal, bahwa hidup itu sesederhana memilih dua pilihan: menyerah pada keadaan atau berjuang menghadapi tantangan. Tanpa disadari, kita seringkali kalah pada kondisi dan memilih jalan yang mudah-aman-nyaman, dan pada akhirnya kita tersadar hanya berjalan di tempat yang sama ketika yang lain sudah berlari di depan. Menyesal.

Pada hakekatnya manusia diciptakan dengan segala keisitimewaannya, berbeda dari makhluk hidup lainnya. Sama halnya elang yang diciptakan dengan morfologi tubuh yang kuat, sedari awal pun, kita diciptakan untuk menjadi luar biasa, spesial. Namun sekali lagi hidup itu pilihan, modal istimewa seorang manusia itu akan terus dilipatgandakan dengan berbaga pengalaman dan perjuangan hidup atau hanya disimpan bahkan dibuang percuma?

Beranilah keluar dari zona nyaman, hadapilah kerasnya perjuangan hidup, untuk menjadi manusia hebat seperti seekor elang yang sejak kecil harus belajar mengepakkan sayapnya di tebing tinggi dan menjalani tranformasi yang menyakitkan di usia tuanya untuk memulai hidup baru. 
Kembali ke judul note ini, bahwa kadang dalam hidup ini, butuh perubahan-perubahan yang harus kita lakukan untuk bertahan hidup. Semua tak pernah lagi sama ketika kita melewati hidup, jangan biarkan kita terpaku pada kenyamanan masa lalu, masa depan penuh harapan (dan perjuangan) telah menanti.

Cerita ini saya yakin akan bermanfaat bagi saya pribadi (dan teman-teman yang sudah dan akan pergi ke job site), pada saat itulah ketika kami benar-benar harus merasakan kerasnya bekerja di dunia tambang. :)
"Tuhan berilah saya keberanian untuk mengubah apa yang bisa diubah. Berilah saya ketabahan untuk menerima apa yang tidak bisa diubah. Dan berilah kebijakan untuk bisa membedakan keduanya"

No comments:

Post a Comment