Pages

Wednesday 2 March 2016

The Critical Age Versi Me

Halo pemuda-pemudi seperempat abad, atau menjelang atau baru saja melewatinya. Welcome to the club, twenties!

Rentang waktu umur 20-30 rasa-rasanya tidak sebentar, 10 tahun. Tapi begitu menjalaninya, terasa singkat. Bayangkan dalam 10 tahun itu, kita akan berurusan dengan pendidikan, karir, jodoh cinta, hingga keluarga. Too much complex isn't it? Pada masa kritis tersebut, kita dituntut mengambil banyak keputusan yang akan berdampak pada masa depan kita. Keputusan penting apakah itu? Check this out, put your eyes on it before face it if you dont meet it yet :)

1. What-Where You Study?
Akan ada masanya kamu berhenti berseragam, melewati 12 tahun wajib belajar. What's next? Saatnya menentukan pilihan sesuai kemampuan. Kemampuan di sini bicara tentang minat, kecerdasan, mental dan juga finansial. Please, jangan jadikan momen kuliah kamu sebagai ajang ikut-ikutan, keren-kerenan, daripada engga, coba-coba atau buruknya "terpaksa". Pilihlah karena kamu menyukainya, punya cita-cita ke sana, dan karena kamu merasa mampu menuju jurusan dan kampus itu. Sangat disayangkan jika waktu disia-siakan hanya karena mengejar gelar "biar sarjana / biar diploma / biar ada kegiatan". Oh NO! Justru lebih baik kamu memutuskan tidak lanjut kuliah, bangun karirmu dari sekarang dengan berwirausaha, bekerja pada orang untuk mencari pengalaman demi usaha sendiri kelak, atau hal lain yang sudah menjadi mimpimu sejak dulu. Itu juga salah satu pilihan "STUDY".

2. How You Live For That?
Orang yang akhirnya kuliah, menghabiskan 1-4 tahun bahkan lebih untuk menuntut ilmu, terpaku pada tugas dan ujian hari ke hari. Waktu akan berjalan cepat tanpa disadari, kamu akan berada di penghujung tahun, berjuang sekali lagi untuk tugas akhir / skripsi. Mengalami penolakan, revisi berulang kali, terhenti karena sebuah formula, menunggu dosen yang jadwalnya hanya ia dan Tuhan yang tahu, dan berbagai cobaan lain. Selama itu, kita sendiri juga harus memutuskan akan jadi seperti apa kita, mahasiswa yang hanya belajar, mahasiswa yang memilih hura-hura masa muda, mahasiswa yang mencari aktualisasi diri lewat organisasi, mahasiswa yang ingin bermanfaat bagi masyarakat lewat lembaga sosial, mahasiswa yang tak sempat memikirkan semua itu karena terlalu sibuk bekerja paruh waktu untuk biaya pendidikannya? It's all about choice. Dan setiap pilihan punya manfaat dan risikonya masing-masing. Nikmati dan pelajari itu. Pastikan saja kamu benar-benar belajar.

3. What-Where You Work?
Pekerjaan macam apa yang akan kamu jalani setelah ini menentukan karir kamu selanjutnya. Semua jenis pekerjaan itu baik, asalkan tidak mencuri, membunuh, atau pekerjaan tidak halal lainnya. Saya bukan golongan yang mendewakan status karyawan dengan fixed salary every month dan tunjangan ini itu atau memuja-muja pekerjaan wiraswasta yang berani, free timer, dan menjadi bos atas pekerjaannya sendiri sedari awal. Semua pilihan itu bagus. Bagian yang terpenting adalah NIAT untuk apa kamu bekerja - untuk siapa kamu berusaha. Pada tahap ini kita akan mengalami masa baper nan galau. Tak kunjung mendapatkan tawaran pekerjaan, gagal seleksi, tak punya modal usaha, rugi dagang, dan lain-lain. Kuncinya: NEVER GIVE UP -quote umum yang sering dijadikan motto hidup freshgrad dalam CVnya tapi sebenarnya tak semudah itu menjalaninya-. Kata Chrisye, badai pasti berlalu. Jadi jangan menyerah sekarang, jika gagal ulangi terus terus dan terus. Tapi mengulanginya bukan dengan kemampuan yang sama, itu namanya pembodohan. Lakukan dengan cara yang berbeda, naikkan kualitas, tingkatkan usaha. Good luck, galau ingin menyerah itu wajar, manusiawi sekali, jangan terpaku lama-lama di sana. Semangat!

4. What You Will Be?

Setelah menjalani pekerjaan beberapa waktu lamanya, di usia kritis ini kamu tidak akan selamanya tenang nyaman di sana. Kamu harus memutuskan akan jadi apa kelak, saatnya menentukan kedudukan (settle down). "Inikah pekerjaan yang saya inginkan? Adakah karir di sini untuk saya?" Pada akhirnya pertanyaan itu yang mengiringmu pada keputusan-keputusan: menjalani pekerjaan yang sudah ada dengan jauh lebih baik untuk promosi; mengundurkan diri untuk pilihan yang lebih baik; berhenti kerja untuk status dan kepentingan yang berbeda. Dalam menjalaninya pun tak jarang badai datang, kamu harus kuat. Persaingan, kegagalan proyek, masalah dengan atasan/rekan kerja, nilai buruk, semua masalah yang kamu hadapi itu hanya bagian dari ujian untuk menjadikanmu "siapa di masa mendatang". Hadapi dan nikmati.

5. Who You Live (Love) With?
Dalam 10 tahun sebelum usia menginjak kepala 3, selain cita-cita kita akan berurusan dengan cinta. Memilih pasangan juga membutuhkan sebuah keputusan yang matang. Pada masanya, mereka yang menjalin atas nama cinta dengan status "pacar" bertahun-tahun, akhirnya berakhir manis di pernikahan. Namun tak jarang, pacaran lama tapi tak berjodoh di kemudian hari. Mereka yang bertemu di usia 25 tahun ke atas biasanya akan lebih cepat menikah dibanding mereka yang justru lebih dulu bertemu di usia awal 20-an (teori pribadi, belum ada studi-nya hehehe). Menikah bukan keputusan kecil, dilakukan sekali seumur hidup, jadi seleksi calon suami/istri haruslah tepat. I think I'm expert enough about it hahaha.
Mantabkan hati untuk memilih orang yang bisa memberi kebaikan dalam dunia akhirat. Bayangkan kamu akan menghabiskan sisa hidupmu dengan orang tersebut, bukan untuk setahun, lima tahun, sepuluh tahun, tapi selamanya selagi kamu hidup di dunia ini. Jangan galau, walau putus cinta, ditolak cinta, tak kunjung bertemu cinta dan permasalahan cinta lainnya. Sejatinya ada yang jauh lebih penting dari perkara cinta ketika menikah.

6. When You're Ready to be Married?
Menurut BKKBN dari artikel ini usia ideal menikah bagi wanita adalah 21 tahun dan pria adalah 25 tahun. Usia ini tidak hanya didasari dari sudut pandang ekonomi dan psikologi tetapi juga berdasarkan kesehatan reproduksi. Walaupun ini bukan patokan, tapi bisa dijadikan referensi dalam mengambil keputusan menikah. Menikahlah ketika kamu sudah selesai, itu nasehat suami saya dulu ketika saya tanya "mengapa dia mau menikah muda?". Dia merasa sudah menyelesaikan semuanya, pendidikan, karir, keluarga, bahkan masa muda "nakal"-nya. Jika kamu merasa sudah selesai menikmati hidup versi kamu, menikahlah. Mengapa menunda menikah jika pada akhirnya kamu juga akan menikah? Tapi ingat jangan paksakan ingin menikah karena lagi trennya menikah, karena mantan menikah, karena ingin bergantung hidup pada pernikahan, dan alasan konyol lain. Menikah itu amanah, sebuah tanggung jawab yang setelah dijalani ada tantangan-tantangan baru untuk dilewati bersama. Baca di sini, pendapat pribadi saya tentang menikah.

-- 

Itulah enam poin versi saya, masa-masa di mana keputusan penting menentukan masa depan kita selanjutnya. Karena kita sudah bukan anak-anak atau remaja lagi, tapi sudah menginjak usia awal dewasa maka ingatlah untuk berinvestasi. Pertama, investasi kesehatan tubuh di masa mendatang dengan cara hidup sehat, makan sehat dan olahraga dari sekarang. Sebanyak apapun materi kebahagiaanmu, jika kelak di hari tua kamu sakit-sakitan maka kamu tidak bisa menikmatinya. Kedua, investasi materi untuk pendidikan anak, masa pensiun, atau hal-hal tak terduga dengan cara menabung (the classic one), deposito, reksadana, bisnis, atau jenis investasi lain yang halal. Ketiga, terakhir dan terpenting dalam perjalanan hidup ini, investasi akhirat. Berat topiknya tapi hal ini justru yang paling hakiki akan kita hadapi kelak. Apa yang sudah kita siapkan sebagai bekal di masa peradilan nanti? Ketika amal ibadah dan segala dosa kita ditimbang, untuk menempatkan kita di Jannah atau Jahanam.

Saya pun masih berada di era 20-an, ayeee...
Tapi jatah saya tinggal empat tahun lagi sebelum usia 30 tahun (jika Allah berkehendak) dengan level masalah yang berbeda lagi. Ayo saling menguatkan, mengingatkan, dan berbagi pengalaman. Kita ciptakan masa depan yang cerah dunia akhirat :*

2 comments: