Pages

Friday, 20 February 2015

Harta(?)

"Jatah rezeki itu sudah sepaket bersamaan dengan lahirnya kita sebagai manusia di dunia ini." ~ seorang kawan yang aneh.
 
Kawan saya bicara tentang rezeki beberapa hari kemarin. Dia tak percaya bahwa rezeki (hanya) datang dari gaji perusahaan saja. Dia bahkan tak perlu khawatir tak memegang uang sepeser pun.
Hari itu dia tak punya pulsa, uang tersisa entah sekian rupiah di atm tak mungkin ditarik, dan tak ada sisa uang yang berarti di dompetnya. Tapi hari itu dia tetap makan 3x sehari kenyang dan tetap merokok juga seperti biasa huft. Artinya dia tak kekurangan apapun, dan terbukti sorenya dia menerima secara tiba-tiba uang sekian juta rupiah masuk ke rekeningnya, mendadak ada pulsa 'nyasar' pula masuk ke nomor hape-nya. Alhamdulillah.
 
Dari sekian banyak ceritanya tentang rezeki, tentang bagaimana dia menggunakan uangnya selama ini, saya berkesimpulan bahwa rezeki itu sumbernya memang dari mana-mana apalagi ketika kita tak pernah berusaha menggenggam terlalu erat harta itu. Dia percaya ketika dia memberangkatkan orangtuanya umroh, hasilnya akan dilipatgandakan. Termasuk ketika dia tiba-tiba mendapat "uang kaget" di rekeningnya ternyata itupun dari piutang (yang tak pernah diingatnya) untuk saudaranya.
 
Saya mendengarkan sambil mengamini ucapannya. Saya sepakat, saya pun sepemikiran dengannya untuk beberapa poin ini. Harta buat saya tak seberharga itu, uang itu cuma media jual beli, tak lebih. Walau memang tak dipungkiri banyak uang itu sedikit banyak mempengaruhi beberapa gaya hidup.
Misal, dulunya sebelum membeli buku perlu berpikir panjang, pinjam kalau memang sudah ada yang membeli. Sekarang, tanpa berpikir dua kali membeli beberapa buku dalam satu kali belanja, walau belum tentu habis dibaca dalam waktu dekat. Masalah makanan juga, ah sudahlah hal ini tak perlu dijelaskan, orang juga tahu saya hobi makan dan jajan keluar, cuma kalau dulu makan di Sushitei menjatahi diri sendiri sekarang lebih bebas memilih. *laugh*
 
Saya mengira kawan saya ini termasuk orang yang boros, bagaimana tidak dia bisa menghabiskan sekian nominal gajinya cuma untuk jajan makanan minuman ringan yang tertumpuk di kamarnya. Saya tanya apa dia termasuk orang boros? Kurang lebih, dia jawab dengan mudahnya, "menurut saya, saya bukan orang yang boros, saya tahu untuk siapa dan apa uang saya, saya hanya menghargai hasil jerih payah sendiri".
 
.
.
.
 
Kawan aneh saya ini memang ajaib, yaaa tapi begitu-begitu setidaknya ada yang bisa dipelajari darinya. Calon orang hebat memang biasanya berawal dari keanehan dulu kok, kawan!
HA-HA-HA

1 comment:

  1. mba aku kutip ya yg kata kata ini : rezeki itu sumbernya memang dari mana-mana apalagi ketika kita tak pernah berusaha menggenggam terlalu erat harta itu

    ReplyDelete