Suatu malam pulang dari jalan-jalan dan haus sekali, saya masuk mess mengambil gelas. Bergegas menekan dispenser dan tak setetes pun air keluar, saya tengok lebih dekat, ternyata air habis.
Kejadian yang selalu terulang lagi dan lagi.
Menyadari bahwa air galon habis, saya menggerutu, "Selalu harus sayakah yang mengangkat galon dan mengisi dispensernya?" sambil tetap mengangkat galon baru ke dispenser supaya saya bisa minum.
Saya mengeluh lagi tepat di depan kawan saya yang malam itu menraktir nasi goreng terenak di Batu Kajang. Kebetulan dia mampir ke mess dan juga meminta air minum.
Dia mendadak berubah ekspresi begitu mendengar gerutuan saya tentang angkat galon, "Saya ngga suka kamu ngeluh, ngga perlu mengatakan sesuatu yang ngga penting, percuma kalau melakukan sesuatu habis itu mengeluh, berkahnya hilang."
Deg. Dia berhasil 'menikam' hati nurani saya, "Ah benar juga apa kata dia" pikiran saya mengiyakan opininya. Walaupun sebal dinasehatin begitu tapi saya malu, saya akui saya tak bijak dengan berkeluh kesah seperti itu. Buat apa saya harus menggerutu soal angkat galon yang sepele, toh pada akhirnya saya juga masih kuat mengangkatnya ke dispenser. Haha. Saya harus belajar ikhlas. Menerima apapun yang terjadi dengan lapang dada, baik buruk - sedih senang - berat ringan - semuanya terjadi atas kehendak Allah. Sesuatu yang prakteknya susah sekali dijalani, ikhlas.
Dia memang langka. Kawan yang aneh. Tampak luar pecicilan, tapi siapa sangka hatinya seluas samudera. Semoga saya tidak salah menilainya. Hari ini tepat satu bulan saya mulai 'mengenal' seorang kawan, yang tiba-tiba muncul dengan segala keanehannya. Langka karena saya belum pernah bertemu orang lain yang setipe dengannya.
Dan saya memang harus banyak belajar darinya.
:")
No comments:
Post a Comment